1.442 ODGJ di Banjarmasin Yakin Bisa Ditangani Pemko

Salah satu ODGJ yang dalam penanganan Pemko Banjarmasin di rumah singgah baiman

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sejak September 2021 hingga September 2022 ini Pemko Banjarmasin telah mencatat sebanyak 1.442 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Disampaikan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Banjarmasin, Muhammad Ramadhan, bahwa banyaknya ODGJ di Banjarmasin ini bisa tertangani dengan baik apabila dibantu dengan kesadaran masyarakat untuk mendeteksi ODGJ.

“Semakin banyak diteksi dan ditemukan, semakin baik. Misalnya, program bebas pasung itu. Alhamdulillah sudah ada hasilnya. Mulai dari mitigasi dini, antisipasi ODGJ, sehingga bisa dirawat semaksimal mungkin,” ujarnya.

Ramadhan juga mengatakan, pemicu bertambahnya ODGJ itu cukup kompleks. Bisa dipicu lantaran dampak dari krisis ekonomi, COVID-19, pengaruh nafza dan lain sebagainya

“Petugas puskesmas akan membantu pendeteksian dan lain sebagainya. Karena ada tenaga khusus yang menangani hal itu,” ungkapnya.

Sementara itu. Dari segi sosial, Kepala Dinsos Banjarmasin, Dolly Syahbana menjelaskan bahwa sejauh ini penanganan ODGJ di Kota Banjarmasin juga dilakukan di Rumah Singgah Baiman yang berada di kawasan Jalan Lingkar Selatan.

Baca Juga : Sayangkan Kejadian Video Viral, Ibnu Sina: Jangan Sampai Berubah Jadi Diskotek

Baca Juga : Tingkatkan Kesehatan Masyarakat, Pemko Banjarmasin Resmikan Posyandu Keswa

Menurut Dolly para ODGJ yang ditampung merupakan pasien sudah terdeteksi, atau selesai menjalani assesmen. Dari situ nantinya akan diketahui apakah pasien tersebut masih perlu penanganan lebih lanjut ke rumah sakit, atau masih bisa dikendalikan.

“Kalau keluarga mau menerima, dan pengidap ODGJ sudah bisa bergaul dengan masyarakat, maka kami kembalikan ke keluarganya,” ujarnya.

Ia juga menjelaskan, bahwa mayoritas kini yang berada di rumah singgah adalah mereka yang keluarganya tidak teridentifikasi dan ada juga yang memang keluarganya tidak mau menerima, lantaran dianggap aib.

“Rata-rata usianya 40 hingga 60 tahun,” ucapnya.

Meski demikian dikatakan Dolly bahwa banyaknya ODGJ yang ditampung di rumah singgah membuat pihaknya juga kewalahan, untuk itu sebagian besar dikirim ke Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.

“Yang dikirim itu jumlahnya fluktuatif, sekitar 60 pasien,” ungkapnya.

Selain itu menurutnya ODGJ yang ada di rumah sakit maupun rumah singgah dijamin kebutuhan hidupnya. Utamanya, dalam hal konsumsi atau makanan setiap harinya.

“Untuk kebutuhan pemeriksaan hingga pengobatan, itu gratis. Bekerja sama dengan puskesmas dan rumah sakit,” pungkasnya.(fachrul)

Editor : Amran