Religi  

Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani: Kesialan di Bulan Safar Itu Mitos

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Safar adalah bulan kedua dalam kalender Islam yang mana jika diartikan dalam bahasa Arab, Safar berarti “kosong”. Bulan Safar dalam kalender tahunan, saat ini sudah jatuh sejak tanggal 8 September 2021 lalu.

Saat dimintai petuahnya mengenai bulan Safar, Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani mengatakan, sebagian besar ulama mengatakan bulan Safar atau Shafar sebagai Shafarul Khair yang memiliki arti bulan Shafar mengandung Kebaikan. Juga sebagian mengatakan sebagai Zhafarul Khair atau bulan Keberuntungan yang didalamnya mengandung Kebaikan

“Jadi pada intinya, mereka mengajarkan kita agar berbaik sangka dengan bulan Safar,” katanya,” Sabtu (11/9/2021).

Walaupun dulunya, penduduk adi zaman Jahiliyah memaknai bulan Safar sebagai “bulan kesialan.

“Kenapa?, dikarenakan pada zaman Arab jahiliyah diyakini bulan Safar tidak membawa keberuntungan sama sekali sehingga masyarakat melarang melakukan aktivitas apapun. Seperti bepergian, mengadakan pesta dan hiburan yang lainnya. Hal demikian bisa menyebabkan kesialan atau musibah,” jelasnya.

Namun, jelas Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani, Rasulullah SAW tidak membenarkan bahwa bulan Safar itu bulan kesialan.

“Abdullah bin Abbas Radhiyallahu anhuma berkata Tidak ada penyakit menular, tidak ada thiyarah, tidak ada Hammah, dan tidak ada pula merasa sial pada bulan Shafar.” (HR. Bukhari dan Muslim),” ucapnya.

“Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata. Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah. Maksudnya adalah dengan perintah Allah yaitu dengan takdir dan kehendak-Nya,” sambung Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani.

Menurutnya, sebagai seorang muslim harus meyakini bahwa semua makhluk sudah ditakdirkan Allah Ta’ala dan takdirnya dituliskan di Al Lauh Al Mahfuzh.

“Artinya, tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. Ujarnya mengutip Qur’an Surah Al Hadid: 22.

Ia menambahkan, Allah SWT menciptakan 12 Bulan Hijriyah dalam 1 tahun. Semua bulan di dalamnya baik, tidak ada bulan yang tidak baik. Semua diciptakan sebagai kegiatan, aktivitas dan ibadah hamba-Nya.

“Itu semua kembali amalan manusialah yang dapat menyebabkan kesialan atau kebaikan. Supaya amalan kita membawa kebaikan maka kita harus merujuk kepada amalan sunah dan sebaliknya, kita mendapatkan kesialan kalau kita melakukan hal buruk juga. Semua itu tergantung amalan yang kita kerjakan,” ungkapnya.

Akan tetapi, kata Ustadz muda ini mindset dari masyarakat di zaman jahiliyah dulu menganggap bulan Safar membawa kesialan dan musibah. Hal itulah sebab yang melarang mengadakan aktivitas hiburan masyarakat dalam bulan Safar tersebut.

Menurutnya, terkena musibah itu merupakan ujian dari Allah SWT supaya kalian menjadi orang bertawakal.

“Seperti yang tersurat dalam Qur’an Surah At-Taubah 51. Katakanlah sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal,” ujarnya.

Dijelaskannya pula, Safar dalam bahasa bermakna kosong. Ujarnya zaman dahulu masyarakat zaman jahiliyah bepergian meninggalkan tempat untuk berperang dan ada yang menganggap bulan Safar sebagai penyakit di dalam perut.

“Sejenis ulat besar berbahaya yang bersarang di perut dan ada yang meyakini Safar adalah sejenis hawa angin panas. Ada pula di zaman kehidupan jahiliyah, masyarakat menggunakan bulan safar untuk meramal,” imbuhnya.

“Namun, Nabi Muhammad SAW melarang akan perbuatan meramal dan masyarakat menganggap bulan safar membawa kesialan adalah salah satu jenis takhayul yang terlarang,” tambahnya.

Ia menyimpulkan, bahwa bulan Safar atau “bulan kesialan” itu adalah Mitos semata. Karena perbuatan tahayyul dan kebiasaan masyarakat zaman jahiliyahlah yang dapat menyebabkan datangnya kesialan dan musibah baginya.

Ia berpesan, hendaklah kita selalu berbaik sangka dengan Safar yaitu melalui memperbanyak membaca Al Qur’an dan beristighfar.

“Agar terhindar dari apa saja yang diturunkan pada hari Rabu terakhir di bulan Safar dinamakan Hari Arba Mustamir, maka ulama kita dulu menganjurkan agar beramaliyyah dengan niatan tolak bala serta membaca Yasin. Kemudian ketika ayat Salaamun Qoulammirrobbirrohim ulangi 313 kali,” pungkasnya.(airlangga)

Editor: Abadi