Tunggakan RS Bukan Jual Beli Darah, Melainkan Biaya Pengganti Kantong dan Regen Pemeriksaan

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sempat beredar kabar buruk yang menerpa Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banjarmasin terkait dugaan darah yang di jual ke rumah sakit (RS). Guna meluruskan hal tersebut, Kepala Unit Donor Darah (UDD) PMI Kota Banjarmasin angkat bicara.

Sebelumnya, kabar miring tersebut mencuat saat PMI Banjarmasin mengatakan bahwa pihaknya berencana untuk tidak memproduksi darah apabila sejumlah rumah sakit belum membayarkan tunggakan darah yang diambil dari PMI Banjarmasin.

Dari pernyataan tunggakan pembayaran darah tersebut, justru membuat dinilai oleh sebagian warga, darah yang mereka donorkan ke PMI dijual belikan ke rumah sakit.

Agar meluruskan kesalah pahaman tersebut, Kepala UDD PMI Kota Banjarmasin, dr Aulia Ramadhan Supit, mengatakan bahwa yang di jual ke pihak rumah sakit bukanlah darah melainkan kantong darah dan pemeriksaan empat penyakit menular.

“Jadi sebenarnya yang di bayarkan oleh rumah sakit itu adalah biaya pengganti kantong darah dan regen pemeriksaan empat penyakit menular yaitu, HIV, Hepatitis, Sapilis dan HCV (Hepatitis C),” ujarnya, Jumat (16/4/2021).

Baca Juga : https://klikkalsel.com/sejumlah-rs-menunggak-bayar-darah-udd-pmi-kota-banjarmasin-terancam-tak-dapat-beroperasi/

Ia juga mengatakan bahwa biaya untuk mengecek empat penyakit menular tersebut tidaklah murah. “Kalau tidak percaya silakan cek di beberapa laboratorium di Banjarmasin ini, berapa harga untuk pemeriksaan empat penyakit menular tersebut,” tuturnya.

“Selain itu biaya yang di bayarkan rumah sakit itu juga untuk pengganti biaya penyimpanan. Karena di simpan di Kulkas khusus,” lanjutnya.

Untuk itu ia meminta agar warga tidak salah mempersepsikan terkait biaya tunggakan yang harus di bayarkan rumah sakit tersebut, karena biaya tersebut bukanlah biaya untuk darah, melainkan biaya pengolahan darah.

Sejauh ini, disampaikan dr Rama bahwa sudah ada sejumlah rumah sakit yang membayarkan tunggakan biaya pengolahan darah tersebut.

Akan tetapi menurutnya masih tersisa separuh rumah sakit lagi yang belum membayarkan tunggakannya tersebut.

“Sudah ada bayar sebagian. Kita juga di bantu Dinas Kesehatan Provinsi Kalsel, untuk mendata rumah sakit mana saja yang belum membayar,” kata dr Rama.

“Kalau tidak ada yang membayar ya kita terpaksa berhenti produksi. Karena kita juga tidak bisa membayar ke vendor kantong darahnya,” pungkasnya.(fachrul)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan