Tercemar Bakteri Ecoli, Sumber Air Baku Makin Memburuk

Sungai Martapura mulai tercemar logam berat dan bakteri ecoli, sehingga sumber air bersih PDAM semakin memburuk. (foto : wamen/klikkalsel)
Sungai Martapura mulai tercemar logam berat dan bakteri ecoli, sehingga sumber air bersih PDAM semakin memburuk. (foto : wamen/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Kualitas Sungai Martapura yang menjadi sumber air baku bagi PDAM Bandarmasih sudah tercermar logam berat maupun bakteri ecoli. Sehingga berdampak pada kerusakan Daerah Aliran Sungai (DAS) di bagian hulu dan terjadi pencemaran.

Bahkan, sumber air baku untuk air minum di Kalsel yang sebagian besar mengandalkan air sungai kualitasnya semakin buruk. Masalah ini juga menyebabkan semakin tingginya biaya produksi air minum harus ditanggung PDAM.

Direktur Umum PDAM Bandarmasih, Banjarmasin, Farida, dalam diskusi memperingati Hari Air Sedunia bersama Pena Hijau Indonesia menyampaikan, kualitas air baku dari waktu kewaktu semakin menurun.

“Dari waktu ke waktu kualitas sumber air baku semakin merosot. Ini berpengaruh pada semakin tingginya biaya produksi air PDAM,” tutur Farida, Rabu (21/3/2018) .

Menurutnya lagi, PDAM Bandarmasih sendiri merupakan PDAM terbesar di Kalsel yang mengandalkan air baku bersumber dari irigasi waduk Riam Kanan dan air sungai.

Adapun, air sungai di Kalsel terutama Sungai Martapura dan Sungai Barito kualitasnya semakin buruk akibat pencemaran baik logam berat maupun bakteri ecoli. Tingkat kekeruhan yang tinggi saat penghujan dan kadar garam melebihi baku mutu saat kemarau karena interusi air laut.

Karena itu, menurut Farida pihaknya mendorong stakeholder dan masyarakat luas untuk bersama-sama menjaga kelestarian sungai dan lingkungan.

Sehingga ditambahkannya, perlu upaya semua pihak terutama pemerintah melalui kebijakan. Selain itu masyarakat ikut bersama memelihara sungai, agar kualitas air baku Sungai Martapura terpelihara dengan baik.

“Mestinya kelas A tetapi kondisi di lapangan kelas C,” ujarnya.

PDAM Bandarmasih saat ini mempunyai cakupan layanan air bersih hingga 99,9 persen di Kota Banjarmasin ditambah 11.000 sambungan di wilayah Kabupaten Banjar dengan kapasitas 2.250 liter perdetik.

Sementara cakupan layanan rata-rata PDAM di Kalsel selain Banjarmasin adalah 20-30 persen. Sehingga untuk menjaga ketersediaan air baku PDAM telah merancang pembangunan embung raksasa yang mampu menampung satu juta kubik air sebagai persediaan air warga saat kemarau panjang.

Di sisi lain dikatakan Farida, PDAM Bandarmasih juga menghadapi kendala masih tingginya tingkat kebocoran air hingga 29 persen serta kondisi jaringan perpipaan dan distribusi yang sebagian besar sudah tua.

Sementara itu, Wakil Ketua Pena Hijau Indonesia, Rahman Khaidir mengatakan buruknya kualitas air sungai di Kalsel ini ikut mempengaruhi rendahnya Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) Kalsel.

“IKLH Kalsel merupakan terburuk dari lima provinsi yang ada di Kalimantan dan menempati urutan 26 dari 33 provinsi di tanah air,” imbuhnya.(baha)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan