Sopir Truk Keluhkan Antri Lama dan Jalan Berlubang

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Akibat banjir yang terjadi di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) membuat sejumlah perekonomian masyarakat terancam lumpuh, mulai dari perkebunan hingga fasilitas jalan lintas provinsi yang tidak bisa dilalui karena berlubang dan putus.

Salah satunya Jalan Gubernur Syarkawi yang merupakan akses utama mobil bermuatan besar (Truk), dari dalam maupun luar Kalsel nampak rusak parah dan penuh lumpur pasca banjir

Tak sesekali truk bermuatan besar yang nekat melintas di sepanjang jalan Gubernur Syarkawi mengalami amblas.

Karena sulitnya melintasi Jalan Gubernur Syarkawi menjadi alasan sopir harus memilih jalan Brigjen H Hasan Basri di Kayu Tangi Banjarmasin sebagai akses alternatif angkutan dari dalam dan luar Kalsel, Kendati Angkutan muatan besar tersebut yang sedianya tak bisa masuk kota akhirnya harus masuk.

Oleh sebab itu, banyak sopir truk yang mengeluh karena harus memakan waktu lebih banyak dari biasanya untuk satu kali beroperasi.

Ditambah biaya penyebrangan yang kian melonjak hingga Rp350 ribu untuk satu kali menyeberang, juga dengan kerugian waktu lantaran harus menunggu giliran hingga seharian penuh.

Seorang sopir truk Totok Margo Santoso mengaku, merasa rugi dengan waktu karena akses Jalan Gubernur Syarkawi yang sulit dilewati dan padatnya antrian untuk menggunakan fasilitas penyeberangan.

“Biasanya saya mengantar ke Kapuas itu ga sampai satu hari, kalau berangkat pagi ke Kapuas sampai Banjarmasin lagi itu sekitar pukul 13.00 Wita, Namun karena kondisi saat ini bisa sampai 3 hari,” kata Totok yang sudah menjadi supir Truk lepas sejak 2014 lalu.

Ia berharap, agar kiranya pemerintah bisa mencarikan solusi untuk masalah ini, guna mengurangi kemacetan yang ada. Misalnya menambah armada penyeberangan dengan harga yang lebih terjangkau.

“Sebab jika untuk beroperasi yang biasanya 1 hari menjadi 3 hari itu sama saja 2 hari libur,” keluhnya.

Karena memakan waktu yang lama otomatis biaya operasional juga meningkat dan terkadang harus dibebankan ke sopir.

“Kita menunggu antrian lama hingga berjam jam bahkan sampai 1 hari, biaya jadi meningkat, dan saat malam hari penyebrangan tidak dijalankan,” ujarnya.

Menurutnya, jika memang harus memaksakan untuk melintas di Jalan Gubernur Syarkawi muatan trus harus kosong, karena banyak jalan berlubang pasca banjir.

“Kalau muatan truk full risiko tinggi kebanyakan amblas, dan jika dipaksakan menurut saya tidak akan efektif untuk perbaikan yang ada,” pungkasnya.(airlangga)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan