Kalsel  

PT Adaro Beli Minyak Jelantah Warga Tabalong, Perliternya Seharga Ini

Dihadapan seluruh SKPD Kabupaten Tabalong, perwakilan PT Adaro Indonesia mengekspose rencana pemanfaatan minyak jelantah sebagai energi terbarukan (biodiesel). (foto : arif/klikkalsel)

TANJUNG, klikkalsel – Bagi sebagian orang mungkin minyak jelantah hanya sekedar limbah saja dan biasanya akan langsung dibuang karena sudah tidak terpakai lagi.

Namun tidak bagi Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Berkah Bersama Desa Maburai Kecamatan Murung Pudak Kabupaten Tabalong.

Bekerjasama dengan PT Adaro Indonesia ke depannya limbah minyak jelantah akan diolah menjadi energi terbarukan yakni biodiesel atau B20 yang dapat digunakan sebagai bahan bakar pencampur solar.

Kepala Desa Maburai Edi Rahmanto mengatakan, kerjasama ini sebagai upaya pihaknya memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan minyak jelantah. Sebab, minyak jelantah yang dibuang begitu saja ditakutkan akan mencemari lingkungan.

“Sebelumnya ini menjadi masalah karena tidak solusinya, makanya rencana kami memfasitalis dan mengumpulkannya,” jelasnya.

Edi menuturkan, proses pengepulan minyak jelantah sendiri tidak hanya terbatas dari Desa Maburai. Namun juga untuk seluruh wilayah Kabupaten Tabalong, Kalsel. Dan sudah tentu akan ada harganya untuk setiap minyak jelantah yang di setorkan masyarakat.

“Satu liter minyak jelantah kita hargai Rp1.000 per liternya, tapi kalau mau ditukar sama pulsa juga bisa,” ucap Edi tertawa.

Sementara itu Head Deputi QHSE Compliance PT Adaro Indonesia Didik Triwibowo mengatakan, sejak diluncurkan secara resmi september 2018 lalu kini Biodisel mulai merambah ke masyarakat dengan harapan dapat mengurangi dampak lingkungan yang dihasilkan oleh limbah minyak jelantah.

“Sebelumnya PT Adaro Indonesia hanya mengumpulkan minyak jelantah dari kantin kantin di bawah naungan adaro dan hasilnya sudah kita digunakan untuk bahan bakar 10 unit mobil operasional. Dengan takaran 20 persen Biodeisel dan 80 persen solar murni,” ujarnya pada acara ekspose rencana pemanfaatan jelantah di Gedung Sarabakawa, Senin (4/3/2019).

Ia kembali menjelaskan, untuk proses pengolahannya sendiri, 1 liter minyak jelantah mampu menghasilkan 0.96 liter biodiesel dan seandainya ini dapat diproduksi secara massal Kabupaten Tabalong akan menjadi satu satu Kabupaten di Indonesia yang menerapkan kebijakan energi non fosil.

“Untuk tahun ini hanya menggunakan 20 persen biodisel dan 80 persen solar. Namun ke depannya akan meningkat menjadi 30 persen dan kita harapkan dapat menjadi 100 persen guna mengurangi pemakaian energi fosil,” harap dia.

Limbah Minyak Jelantah yang sudah diolah menjadi energi terbarukan (biodiesel). (foto : arif/klikkalsel)

Selanjutnya Edi berharap dengan adanya kerjasama dengan PT Adaro Indonesia dalam pemanfaatan limbah minyak jelantah dapat lebih meningkatkan kesadaran warga dalam penggunaan minyak goreng.

Bahwa minyak goreng yang baik hanya digunakan sebanyak tiga kali pemakaian dan tidak membuang limbahnya ke sembarang tempat.

“Karena jika minyak jelantah digunakan terus menerus merusak akan kesehatan dan jika dibuang menyebabkan kerusakan lingkungan,” pungkasnya.

Saat ini PT Adaro Indonesia telah memiliki mesin pengolah limbah minyak jelantah dengan kapasitas pengolahan 110 liter perhari yang berada di KM 69 road hauling. (arif)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan