BANJARMASIN, klikkalsel.com – Pemko Banjarmasin akhirnya meresmikan dua bangunan, Galeri Terapung di Kelurahan Sungai Jingah, Kecamatan Banjarmasin Utara dan Rumah Lanting di Kelurahan Mantuil, Kecamatan Banjarmasin Selatan.
Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Sungai Jingah, Muhammad Rafi, bersyukur atas diresmikannya Galeri Terapung yang akan dikelola oleh pihak Pokdarwis Sungai Jingah tersebut.
Menurutnya, galeri terapung tersebut nantinya akan digunakan sebagai wadah promosi kain sasirangan karya para perajin sasirangan di Sungai Jingah.
Di kawasan tersebut, Rafi menyampaikan terdapat sebanyak 24 perajin yang saat ini masih aktif dalam memproduksi kain sasirangan
“Galeri itu terbuka untuk seluruh perajin, jadi siapa saja bisa meletakkan hasil karyanya untuk diletakan dan dipajang di galeri ini,” ujar Rafi.
Meski demikian, galeri tersebut tidak bisa dibuka setiap hari, lantaran tidak ada pintu yang dapat menutup bangunan galeri terapung tersebut. Jadi apabila terjadi hujan dan angin deras, dapat merusak kainnya yang dipajang di dalam bangunan tersebut.
“Kami memajang kerajinan saat ada tamu saja. Kalau untuk sehari-hari, mungkin masih bisa jadi spot foto,” ucapnya.
Sama halnya dengan Hamdani, Ketua Pokdarwis di Kelurahan Mantuil. Ia menuturkan, bahwa warga di Kelurahan Mantuil sangat menyambut baik atas kehadiran Rumah Lanting tersebut.
Meski pihaknya mengelola rumah lanting tersebut bukan berarti bisa serta merta mengisi dengan hasil karya masyarakat sekitar. Seperti misalnya kerajinan tanggui, purun, tas, dan kerajinan lainnya yang kental dengan nuansa Banjar.
Hal tersebut dikarenakan bahwa pokdarwis di kawasan tersebut baru dibentuk, sehingga warga sekitar yang merupakan para perajin juga memiliki keterbatasan bahan baku untuk membuat kerajinan.
“Di sini kami terkendala bahan baku, makanya hari Jumat baru kami buka,” cetusnya.
Untuk saat ini keberadaan kedua ikon baru di Banjarmasin tersebut hanya sebatas sebagai spot foto semata.
“Sementara waktu kami akan buka wisata kuliner di halaman dekat sini. Itu pun menunggu kami punya tenda sendiri karena keterbatasan dana,” jelasnya.
Dari apa yang disampaikan kedua ketua pokdarwis tersebut sangat tidak sesuai dengan apa yang dicanangkan Pemko Banjarmasin, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) kota Banjarmasin sebelumnya.
Padahal rencana awal, dua ikon itu nantinya tak sekadar menjadi tempat foto, melainkan menjadi wadah tetap untuk meletakkan hasil kerajinan, bukan hanya sewaktu-waktu saja.
Sementara itu Kepala Disbudpar kota Banjarmasin, Ikhsan Al Haq ketika dikonfirmasi mengatakan bahwa dua bangunan ikon wisata itu sepenuhnya memang diserahkan kepada Pokdarwis.
Karena menurutnya kedua bangunan tersebut sifatnya hibah, untuk itu Pemko Banjarmasin hanya membangunkan saja. Sedangkan untuk pengelolaan teknis, diserahkan sepenuhnya kepada pokdarwis.
“Pengawasan tetap dilakukan di bawah Disbudpar. Sedangkan untuk soal buka dan lain sebagainya nantinya akan diberikan arahan ulang. Begitu pula dengan kesulitan yang ditemui pengelola,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran