Pengrajin Purun Masih Terkendala Bahan Baku

Kerajinan dari purun masih terkendala bahanbaku (foto : azka/klikkalsel)

MARABAHAN, klikkalsel- Bakul Purun yang merupakan kerajinan khas Kalimantan sempat ketinggalan zaman dan terseok-seok dalam pemasaran, kini mulai dilirik para konsumen.

Bahkan penjualan Bakul Purun mulai meningkat seiring adanya peraturan dari beberapa pemerintah kabupaten/kota yang membatasi penggunaan kantong plastik.

Salah satunya penjual Bakul Purun di Kawsaan Jalan Trans Kalimantan, Desa Anjir Pasar Kota II Km 16,5 Kabupaten Barito Kuala (Batola).

Bahkan warga di daerah tersebut banyak menggeluti kerajinan home industri. Setiap sore, para pengrajin mengayam bahan baku yang diambil dari tanaman batang purun untul diolah menjadi bakul, tikar dan topi dari tanaman purun.

Wardah warga Desa Anjir Pasar yang merupakan pengrajin Bakul Purun mengatakan, dulu kerajinan home industri warga sekitar hanya dipasarkan ke pasar pasar tradisional.

Namun seiring dengan adanya penggunaan, Bakun Purun yang dijadikan pengganti kantong plastik agak mendingan.

“Hampir dua tahun terakhir dengan adanya penggunaan purun sebagai pengganti kantong plastik permintaan mulai meningkat,” ucapnnya, Senin (22/7/2019).

Dikatakannya pula, dulu sangat jarang pemesannan ratusan buah Bakul Purun. Serang kata dia, hampir setiap hari baik dari instansi pemerintah atau perusahaan yang memesan hingga ratusan buah.

“Dulu kami hanya memproduksinya sedikit hanya untuk dijual ke pasar tradisional, tapi sekarang ada yang memesan langsung, pernah salah satu peusahan memesan hingga 500 bakul untuk peresmian,” ucap Wardah.

Rahimah yang juga pengrajin mengatakan kebanyak warga sekitar hanya menggatungkan pendapatannya dari kerajinan tersebut terutama ibu-ibu sekitar yang merupakan warisan dari terdahulu.

“Warga sini kebanyak petani makanya ibu-ibu untuk menambah penghasilan sebagai pengrajin purun,” imbuhnya.

Kendala yang utama adalah bahan baku, sampai saat ini masih medatangkan bahan bakunnya dari luar daerah ditambah proses pengolahannya dari menjemur hingga mewarnai.

Sementara untuk harga jual bemacam macam, Tikar Purun dijual dari harga Rp35 ribu hingga Rp 50 ribu, untuk topi purun dari Rp5 ribu hingga Rp7,5 ribu.(azka)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan