BANJARMASIN, klikkalsel.com – Tumpukan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA) Basirih setiap hari kian menggunung. Kondisi seperti ini Pemko Banjarmasin memprediksi kawasan tersebut kemungkinan hanya bisa bertahan sekitar 4 sampai 5 tahun saja.
TPA Basirih yang selalu menampung sebanyak 600 ton sampah setiap harinya ini kian hari terus menggunung. Bahkan beberapa kawasan sudah tidak lagi menampung tumpukan sampah.
Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina bersama Ketua TP PKK Kota Banjarmasin Siti Wasilah, didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Banjarmasin, Alive Yoesfah Love, dengan Sekretaris DLH Banjarmasin Wahyu Hardi Cahyono dan Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah, Marzuki melakukan peninjauan langsung ke TPA Basirih.
Ibnu Sina mengatakan bahwa, TPA Basirih Banjarmasin ini sebelumnya memiliki luasan sebesar 39,5 hektar. Namun di anggaran tahun 2023 Pemko Banjarmasin kembali menambah luasan sekitar 4 hektar.
Baca Juga Ribuan Santri TPA BKPRMI Balangan Ikuti Khataman
Untuk itu ia mengimbau kepada masyarakat Kota Banjarmasin untuk bisa mengurangi sampah dari sumbernya.
“Dalam prediksi kami paling tidak masih bisa beroperasi sekitar 4 sampai 5 tahun saja. Dengan kapasitas hampir 600 ton per harinya,” ucap Ibnu Sina, Senin (18/12/2023).
“Kalau tidak dikurangi dari sumber, maka akan kerepotan kita 4 sampai 5 tahun mendatang,” tambahnya.
Dengan adanya Pusat Daur Ulang (PDU) di kawasan Sungai Gampa, dan hampir tiga ratus lebih bank sampah di Kota Banjarmasin, Ibnu berharap bisa mengurangi timbunan sampah dari sumbernya.
“Mungkin perlu ada edukasi lebih lanjut terkait dengan pemilahan sampah dari rumah. Apakah dengan kantong dengan warna yang berbeda atau seperti apa,” ungkapnya.
“Kalau sampah organik saja dipisah dengan sampah non organik atau sampah basah dan sampah kering itu dipisah itu nilai ekonomisnya sangat tinggi,” sambungnya.
Karena menurutnya, sampah organik akan menimbulkan aroma yang sangat tidak sedap.
Untuk itu dengan bisa memilah sampah dari rumah atau memisahkan sampah organik dan non organik, maka program pengurangan sampah bisa dilakukan secara maksimal.
Terlebih di tahun 2024 mendatang, Pemko Banjarmasin akan mengoperasikan rumah magot. Dimana magot itu sangat rakus untuk memakan sampah organik tersebut.
“Kalau selama ini sampah itu dicampur antara organik dan non organik, sehingga masuk kesini dan menimbulkan tumpukan yang menggunung seperti saat ini,” tuturnya.
“Jadi kami berharap itu mulai sekarang bisa dipilah, yang organiknya bisa untuk pakan magot, dan yang non organiknya bisa masuk ke bank sampah yang memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi,” lanjutnya.
“Sampah non organik itu bisa dibikin kerajinan seperti pernak-pernik, dan minimal dibikin menjadi biji plastik yang memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan sampah plastik biasa,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran