BANJARMASIN, klikkalsel.com – Gubernur Kalsel Sahbirin Noor mengapresiasi para Ontheler, sebutan untuk pehobi sepeda tua onthel yang terus eksis menggelorakan semangat pahlawan. Paman Birin, sapaan akrab gubernur mengajak para Ontheler ikut ambil bagian dalam mengentaskan kemiskinan dan memerangi kebodohan demi pembangunan daerah.
Hal itu disampaikan Paman Birin di saat akan melepas konvoi sepeda onthel yang mengangkat tema “Gowes Ngontel Joeang” di halaman Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Senin (13/11/2023). Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Pahlawan tahun 2023 ini diikuti pehobi sepeda onthel dari Kota Banjarmasin dan sekitarnya.
“Kegiatan bertujuan untuk memupuk sangat juang seperti yang dimiliki para pahlawan terdahulu dalam upaya merebut kemerdekaan bangsa ini,” ujarnya.
Semangat para pahlawan, kata Paman Birin, perlu diwarisi para generasi sekarang, khususnya kaum muda sebagai generasi penerus, digunakan untuk membangun negara ini demi kesejahteraan masyarakat.
Baca Juga : Paman Birin Lepas Pendistribusian Makanan Tambahan Untuk 11 Ribu Lebih Balita se-Kalsel
Baca Juga : Kepala Disdikbud Kalsel Akui Bahwa Ucapannya di Video Viral Tersebut Hanya Spontanitas
Diketahui, diberbagai kesempatan, Paman Birin acap kali mengajak semua pihak untuk menggelorakan semangat perjuangan para pahlawan yang rela berkorban tenaga, pikiran hingga nyawa demi keinginan untuk bebas dari tangan penjajah.
“Perjuangan yang diperlukan bangsa sekarang adalah agar bebas dari kemiskinan, kebodohan, dan bebas dari keterbelakangan,” pungkasnya.
Usai dilepas Paman Birin, para Ontheler bergerak melewati rute dari Jalan Suprapto menuju S Parman, Jalan Pahlawan, lanjut ke Veteran menuju Desa Lok Baintan Kabupaten Banjar, terus menuju Alam Roh, hingga kembali ke halaman Kantor Dispora Kalsel di Jalan Pramuka Banjarmasin untuk pengundian hadiah yang disediakan.
Namun sebelum meninggalkan area Mahligai Pancasila di Kompleks Kediaman Gubernur Kalsel itu, sejumlah goweser memanfaatkan momentum dengan foto bersama dan bersalaman dengan gubernur dua periode ini.
Agar suasana terkesan jadul, nampak beberapa ontheler menambahkan radio dan tas kecil bersaku warna cokelat untuk penyimpan barang di badan sepeda onthel, sehingga memberikan kesan semasa perjuangan tempo dulu.
Tak hanya itu, sebagian besar mereka tampak mengenakan pakaian khas orang-orang jaman dahulu seperti pakaian lurik lengkap dengan blangkon, atau baju khas serdadu dan prajurit Indonesia kala memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. (rizqon)
Editor: Abadi