BANJARMASIN, klikkalsel.com – Partai Gerinda yang pernah dilobi Hj Ananda dan Ibnu Sina untuk mengantarkannya menuju panggung pemilihan Walikota-Wakil Walikota Banjarmasin secara mengejutkan memberikan dukungan ke Abdul Haris Makkie dan Ilham Noor.
Kehadiran Haris Makkie yang disandingkan dengan Ilham Noor (Sekretaris Partai Gerindra) harus mencari dua parpol lagi agar bisa bersaing sebagai kontestan dengan bakal calon yang diusung partai politik, yakni Hj Ananda berpasangan Mussafa Zakir yang diusung PAN, PKS dan Partai Golkar, begitu juga dengan pasangan Ibnu Sina dan Arifin Noor juga sudah mendapat restu dari Demokrat dan PKB.
Enam kursi yang dimiliki Partai Gerindra di DPRD Banjarmasin masih belum cukup dari 20 persen yakni sembilan kursi dari 45 kursi di DPRD Banjarmasin sebagai syarat untuk mengusung pasangan calon.
Kabarnya, Gerindra juga akan menggandeng Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang memiliki dua kursi dan dan Partai Bulan Bintang (PBB) 1 kursi, untuk melengkapi gerbong koalisi mengusung Haris Makkie dan Ilham Noor.
Apakah munculnya nama Haris Makkie yang berduet dengan Ilham Noor bisa merubah arah peta politik di pemilihan Walikota-Wakil Walikota Banjarmasin sebagai kandidat bersaing dengan calon yang sudah memiliki gerbong koalisi.
Dari sudut pandang pengamat politik asal UIN Banjarmasin, Dr Ani Cahyadi Maseri, petahana masih memiliki lebih banyak peluang. Kehadiran poros baru yang diusung Partai Gerindra tidak begitu berpengaruh untuk petahana. Karena menurutnya, dari hasil survei individu, Ibnu Sina masih tertinggi, sedangkan calon lannya hanya kisaran 10 persen.
“Dukungan partai politik hanya sebagai ‘passport’ untuk mengantarkan calon menuju KPU, sementara nama Haris Makkie dan Ilham Noor baru muncul ketika petahana sudah lebih awal,” tutur Ani Cahyadi Maseri, Senin (17/8/2020).
Partai politik menurutnya perlu perjuangan keras pada saat kontestasi memperjuangkan suara masyarakat yang dipilah menjadi tiga bagian besar.
Pertama hampir 30 persen itu adalah pemilih cerdas yakni dari kalangan berpendidikan tinggi, dan mereka itu tidak mudah dirayu, tidak bisa diiming-imingi transaksi politik, karena memiliki pilihan sendiri.
“Nah dukungan ini cenderung ke petahana,” ucapnya.
Kedua 30 persen dukungan berasal dari golongan pemilih tradisional, mereka ini pemilih yang masih berafiliasi dengan partai, didalam golongan ini berarti masih ada idealisme dengan partai pilihanya, tetapi sedikit dan terpecah.
“Golongan ketiga adalah golongan swing voters atau yang disebut pemilih mengambang yang dukunganya mencapai 40 persen untuk kota Banjarmasin,” imbuhnya.
Pemilih mengambang ini diuraikannya, adalah memang nanti memiliki daya tawar, dan banyak terdapat di daerah padat penduduk yang didominasi oleh penduduk pinggiran kota hingga pedagang kaki lima serta pekerja swasta.
Cenderung pemilih mengambang ini dikuasai oleh kaum kapital yang punya modal. Selain itu, petahana cukup memiliki modal dan didukung jaringan birokrasi hingga jaringan RT maupun RW.
Bahkan ia pun sependapat jika partai politik hanya sekadar mengantar pasangan calon untuk mendapatkan tiket menuju KPU sebagai kontestan di Pilkada.(airlangga)