Mengintip Jasa Setrika Arang Yang Mulai Menghilang

Mulai ditinggalkan, Saleh penjual jasa penggosok baju dengan Setrika Arang tetap bertahan. (foto : azka/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Di tengah kesibukan Pasar Samudera Baru Banjarmasin yang ramai suara tawar menawar antara pembeli dan penjual.

Mulai ditinggalkan, Saleh penjual jasa penggosok baju dengan Setrika Arang tetap bertahan. (foto : azka/klikkalsel)

Pasar tua dengan sejumlah kios itu, hampir semua barang yang diinginkan tersedia. Namun ada di ujung salah satu lorong diantara kios-kios tersebut terlihat seorang pria yang tak muda lagi, tangannya masih kuat mengangkat beban berat setrikaan yang terbuat dari kuningan.

Iya pria yang sudah berusia 63 tahun, Saleh masih menekuni jasa penggosok baju dengan setrika arang tersebut masih setia menunggu pelanggannya.

Memang usaha penggosok pakaian dengan setrika arang sudah tidak seramai dulu. Dalam sehari jumlah pelanggan atau warga yang memakai jasa setrika berkepala ayam berbahan kuningan ini bisa dihitung pakai jari.

“Sekarang tidak seperti dulu lagi, dimana banyak pelanggan. Namun untuk pelanggan masih tetap ada walaupun dari penjahit sekitar,” kata lelaki tua yang sudah memiliki cucu tersebut.

Saleh yang sudah 30 tahun sebagai penggosok pakaian setrika arang ini menceritakan, dulu di kawasan pasar Samudra Baru terdapat banyak penggosok baju dengan gosokan arang, seiring waktu mulai menghilang.

Mereka tidak mampu bertahan dengan pelanggannya yang berkurang, karena beralih dengan setrika listrik yang praktis digunakan, bahkan hampir dimiliki setiap rumah ditambah lagi adanya jasa loundry sekaligus penggosok yang subur di Banjarmasin.

“Kalau setrika listrik tinggal colok, kalau londry sama cucinya. Beda kalau kita harus bakar arang dulu biar panas serta saat menyetrika harus mengontrol panasnya,” tuturnya.

Sementara, kata Saleh, menggunakan setrika arang harus berhati-hati, selain beratnya hampir 10 kilogram juga harus pandai dalam merapikan sela-sela lipatan baju. Sebab kalau tidak bisa, malah tak rapi dan bisa hangus terkena percikan bara arang yang menyala.

Dibandingkan dengan setrika listrik, gosokan jadul ini memiliki kelebihan.“Sekali gosok baju langsung licin namun jika salah akan terlihat kurang rapi, “ ujarnya.

Saleh saat ini masih setia memakai setrika arang yang sudah berusia 70 tahun lebih tua dari usianya, yang dibelinya dari teman kakeknya.

“Saat masih muda saya membelinya dengan teman almarhum kakek, yang saat itu juga berprofesi sebagai penjual jasa penggosok baju dengan setrika arang, usianya lebih tua dari saya,” kata dia.

Untuk satu harinya, lelaki kelahiran 1955 inibhanya mampu mendapat pelanggan kurang dari sepuluh stel pakain, dimana satu stel pakain upahnya sebesar Rp7.000. (azka)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan