Kalsel  

Massa Penghadang Yusril Tidak Terima Dituding Mabuk Tuak

Suasana penolakan massa ketika Yusril Ihza Mahendra tiba di Bandara Syamsir Alam Kotabaru. (foto : duki/klikkalsel)

KOTABARU, klikkalsel – Pernyataan Dirut PT Sebuku Group Mayjend TNI Purnawirawan Soenarko di salah satu media online, warga yang penghadang Yusril Ihza Mahendra di depan bandara Syamsir Alam Kotabaru mabuk tuak, disesalkan Dirut Politekhnik Kotabaru Ibnu Faozi.

Sugian Noor. (duki/klikkalsel)

“Saat itu saya ada di sana. Kami waktu tiba sholat Jumat pun shalat ke masjid. Ketika Ustaz Arifin Ilham datang, massa juga duduk di tanah hormat dan mendengarkan. Dimana logikanya warga mabuk tuak,” sesalnya.

Ibnu menekankan, dirinya tidak mau terlibat dalam perang statemen yang tendensius. “Faktanya jelas, warga Pulau Laut itu mayoritas menolak tambang,” tekannya.

“Kita fokus ke masalah saja. Fokus bahwa ada warga yang tidak ingin Pulau Laut yang kecil ini ditambang,” ujarnya lagi.

Diketahui, saat itu massa melaksanakan shalat Jumat di Masjid Al Anshor yang hanya berjarak lebih kurang 100 meter dari pintu masuk Bandara Gusti Syamsir Alam yang menjadi titik aksi.

Sementara itu Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kotabaru Sugian Noor, menegaskan dirinya dan masyarakat Pulau Laut yang kontra tambang akan berjuang sampai titik darah penghabisan.

“Siapapun yang menambang, mau aseng, asing atau orang daerah kami tolak. Itu sikap kami sejak dulu, kami lahir di sini. Jangan putar balikkan fakta,” tekannya.

Apa yang terjadi di Bandara Gusti Sjamsir Alam, kata Sugian, adalah rasa kecewa warga atas sikap Yusril Ihza Mahendra. “Dia selalu ngomong soal aseng dan asing. Buktinya perusahaan yang dia bela itu sahamnya milik siapa? Semua tahu itu,” cecarnya.

Yusril, kata dia lagi, harusnya membuka nurani. Tambang terbuka akan membawa dampak negatif bagi lingkungan. “Dia bilang tambang di Belitung itu bikin sejahtera dan lingkungan baik-baik saja. Faktanya, saudara kandungnya sendiri yang jadi Bupati di Belitung mengatakan tambang di sana bikin rakyat sengsara,” sembur Sugian dengan nada marah

“Bilang sama Yusril jangan sampai warga Pulau Laut yang tidak mau ada kerusakan mendoakan yang buruk bagi dia,” tambah pejabat di Pemkab Kotabaru ini.

Ketua Gerakan Anti Narkoba (Granat) Kotabaru ini melanjutkan, menurutnya Yusril adalah produk Orde Baru, yang banyak melahirkan izin tambang. Salah satunya adalah izin tambang batubara di Pulau Sebuku.

“Kami dari dulu berjuang untuk Pulau Sebuku. Tapi izin tambang batubara di sana lahir dari Orde Baru. Begitu kuat. Dan apa yang ada sekarang di Sebuku, rusak. Silakan ke sana kalau tidak percaya. Kami tidak mau kesalahan terjadi lagi di Pulau Laut,” tekannya.

Dari pantauan KlikKalsel di lapangan, Jumat (6/8) massa yang menghadang Yusril di bandara adalah warga Kotabaru. Ada mahasiswa dan pelajar. Rahmad, pelajar SMA di Kotabaru mengaku ikut aksi karena tidak mau Pulau Laut ditambang. “Rusak kalau pulau ini ditambang,” ujarnya.

Seperti telah diberitakan sebelumnya. Jumat (6/8) massa menghadang Yusril di depan pintu gerbang bandara. Mereka menolak Yusril masuk ke Pulau Laut. Dengan alasan Yusril merupakan pengacara atau pembela perusahaan tambang Sebuku Group.

Namun akhirnya, Yusril bisa masuk ke Pulau Laut setelah Ustaz Arifin Ilham, bersama aparat kepolisian turun ke depan warga. Arifin mengatakan dia ke Pulau Laut beda agenda dengan Yusril. Dia hanya akan ceramah agama di masjid raya di pusat kota Kotabaru.

Yusril sendiri diketahui ke Pulau Laut dalam rangka halal bihalal bersama Sebuku Group dan warga di lapangan basket indoor. Kemudian malam harinya dia menghadiri kegiatan konsolidasi bersama kader PBB di Kotabaru di dalam aula Hotel Grand Surya. (duki)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan