Sosial  

Kong Aseng Penjual Telur Asin dan Pengasuh 7 Anak Yatim

TENAGA yang dimiliki kakek berusia kurang lebih 80 tahun bernama Aseng alias Kong Aseng tak lagi kuat. Fisik nya tak lagi prima sejalan dengan usia.

Kong Aseng tinggal di kawasan Kuripan Kota Banjarmasin. Diusianya yang senja, ia semestinya beristirahat dan diam di rumah.

Namun karena kebutuhan ekonomi, Kong Aseng sehari hari menjual telur asin dan bakpia. Ia membawa dagangannya menggunakan sepeda reot dari satu tempat ke tempat lain menempuh jarak kiloanmeter.

Diusianya yang tak lagi muda, Kong Aseng sudah 6 tahun berjualan lantaran untuk kebutuhan sehari harinya.

Cuaca hari itu cukup berawan. Kong Aseng yang nampak mengunakan kaos putih terlihat duduk di pelataran Klenteng Soetji Nurani di Jalan Pier Tendean.

klikkalsel.com, saat itu mencoba menghampiri bapak tua tersebut. Tak kuasa melihat kondisinya. Tangannya gemetar, kakinya kusam, suaranya pun sudah pelan ditambah pendengarannya tidak sempurna.

Ia menjual 1 biji telur asin dengan harga Rp4 ribu, bakpia satu bungkusnya Rp15 ribu. Dengan raut muka yang lesu, ia bercerita mendapatkan telur asin dan bakpia atau jualannya tersebut bukan dari hasil olahan sendiri, melainkan milik orang yang mau menjual kepadanya dan dijualnya kembali.

Setiap harinya ia menjajakan telur asin dan bakpia. Namun, dibalik pekerjaannya tersebut, ada kisah mengharukan. Menurut Kong Aseng, ia pernah mengasuh tujuh anak yatim yang harus ia biayai setiap hari.

Melihat perjuangan kakek yang sudah berusia senja ini, klikkalsel.com coba menayakan dimana tempat tingalnya.

“Saya tinggal di Kuripan, Nggak punya keluarga, tapi saya mengasuh 7 anak yatim piatu,” sebut Kong Asing.

Kulit Kong Aseng tampak keriput, wajahnya pun terlihat begitu kelelahan. Namun, kakek yang sering menggunakan sepeda untuk berjualan ini terlihat seakan tidak begitu peduli dengan kondisinya demi mencari nafkah untuk dirinya dan ketujuh anak yatim yang ia asuh.

“Anak yatim yamg saya asuh itu umur 3 tahun sekarang sudah umur 8 tahun,” ujarnya.

Apa yang dilakukan Kong Asemg tentu sebuah pekerjaan mulia, perjuangannya dalam kondisi tersebut, ia justru masih memikirkan orang lain meski kehidupannya tidaklah mudah.

Ia juga menceritakan, setiap harinya berdoa di Klenteng Soetji Nurani sebelum berangkat keliling untuk menjajakan Telur Asin dan Bakpia di Banjarmasin.

Diakuinya, baru kali pertama ini juga ia menjajakan jualannya di depan klenteng lantaran ingin memanfaatkan momen Imlek.

Kong Aseng berharap, Imlek tahun ini berdampak baik bagi dirinya. “Meskipun tidak laku juga tidak mengapa,” tuturnya.

Tak ada raut pesimis dalam wajahnya. Meski hari demi hari dilaluinya dengan sulit, tapi dirinya yakin bahwa Tuhan telah memberikan jalan terbaik.

Meski hanya bergantung dengan berjualan Telur Asin dan Bakpia secara keliling, Kong Aseng tidak pernah mengeluh dalam membesarkan anak-anak yatim yang ia asuh. Bahkan, setiap harinya, ia rela pontang-panting keliling Kota Banjarmasin untuk menjajakan dagangannya.

Lebih-kurang selama 60 tahun ia hidup di ibu kota Kalimantan Selatan tersebut. Bahkan, di usianya yang kini sudah sangat tua, Kong Aseng disebut kerap berjualan hingga larut malam di jalanan.

“Istri saya sudah meninggal 20 tahun yang lalu. Saya aslinya dari Balikpapan, tapi udah 60 tahun pindah ke Banjarmasin. Jualan ini juga buat menafkahi 7 anak yatim,” jelasnya kembali

Kong Aseng juga menceritakan sebelumnya ia berprofesi sebagai mekanik dan ia lahir di Balikpapan Kalimantan Timur, semasa muda ia melamar pekerjaan disebuah perusahaan minyak milik orang luar negeri di Tabalong (Tanjung).

Saat itu, kata Kong Aseng ia menjadi mekanik di ajak oleh H Gusti Thamrin lalu ia tinggal di Banjarmasin.

Karena ia tidak memiliki pengalaman pendidikan dan sulitnya berkomunikasi dan kontrak kerjanya habis, ia harus berhenti di pekerjaan tersebut.

Sungguh perjuangan luar biasa, Kong Aseng tak pernah mengeluh. “Tuhan punya jalan bagi orang yang mau berusaha,” ujarnya menutup pembicaraan.(airlangga)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan