Kelahiran 3 Ekor Bekantan di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Disambut Pegiat Konservasi Diberbagai Negara

MARABAHAN, klikkaldel.com – Kelahiran bayi bekantan dalam waktu yang bertepatan pada Hari Hak Asasi Hewan sedunia di Stasiun Riset Bekantan Pulau Curiak, Barito Kuala, Kalimantan Selatan disambut gembira oleh masyarakat peduli lingkungan, peneliti satwa liar serta pegiat konservasi dari berbagai negara.

Prof Tim Roberts dari University Of New Castle – Australia mengapresiasi kerja keras dari tim Yayasan Sahabat Bekantan Indonesia (SBI) atas keberhasilannya dalam menjaga dan merawat habitat bekantan di luar kawasan konservasi yang setiap tahunnya terus meningkat populasinya.

“This is wonderful News. My colleague Amalia Rezeki sent me This wonderful photo of Probocis Monkey succesfully breeding on Curiak Island, a reserve that she has established in Barito River in an attempt to save this magnificent animal from extinction,” jelas Prof Tim Roberts yang pernah berkunjung ke Stasiun Riset Bekantan 2 tahun lalu.

Disamping itu ada Andy Laister dari Hungaria, volunteer konservasi bekantan di SBI enam tahun yang lalu, juga merespon positif setelah membaca berita tentang kelahiran 3 bekantan tersebut.

“This is great news, the project you start many years ago is a success. I think you, Feri and all your team are doing a great job,”

Sementara itu Cristina Armengol wanita kelahiran Spanyol yang bekerja di Primate Conservation Netherlands dan pernah membantu pengelolaan primata ditempat rehabilitasi bekantan SBI, sangat terkejut dan gembira mendengar berita ini.

“Oh my god! This is amazing! Incredible news for the Bekantan and for your work!,” katanya penuh kegembiraan.

Prof Hannu Klemola – (Finnish Association for Nature Conservation) dari Finlandia, juga mengapresiasi kerja tim SBI. Menurutnya, SBI layak menjadi duta alam dan pemulihan habitat.

“Great to learn wonderful news; bekantan babies are so cute. I put a great value your and your team work and you are a real ambassador of nature and restoration of habitats,”

Fabiola Felix dari Antwerp – Belgium tidak mau ketinggalan, ia adalah merupakan donatur tetap program konservasi bekantan di SBI. Ia menyampaikan harapan.

“Wishes you success with the proboscis monkey conservation program and the birth of the 3 proboscis monkeys,” jelasnya dari Belgia.

Sedangkan, David Arthur Breckenridge yang juga pernah menjadi relawan konservasi bekantan SBI dari Kanada, sangat gembira mendengar kabar kemajuan populasi bekantan di Stasiun Riset Pulau Curiak.

“The total population of both groups together has nearly doubled since 2016. Safe to say it was a wise choice to focus your efforts on Curiak, because it is clearly a very supportive habitat. Lovely to hear someone concerned that the population of proboscis monkeys may be growing too fast, for once! Music to my ears. People of South Borneo please recognize this asset, and the pioneering individuals behind it. Congratulations from your long-nose friends in Canada,”

Amalia Rezeki founder SBI merasa sangat terharu atas perhatian dan apresiasi masyarakat dari berbagai belahan dunia, terhadap upaya pelestarian bekantan di stasiun riset bekantan pulau Curiak yang selama ini ia kelola bersama Universitas Lambung Mangkurat, Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan, melalui dinas kehutanan, BKSDA Kalsel dan masyarakat nelayan setempat.

“Alhamdulillah ! Saya ucapkan terimakasih dan puji syukur atas perhatian serta apresiasi teman-teman dari berbagai belahan dunia yang peduli akan kerja keras kita bersama dalam menjaga alam dengan melestarikan bekantan. Ini semua adalah kerja keras dari semua pihak, terutama pemangku kepentingan yang peduli terhadap bekantan dinegeri ini “, jelas Amalia Rezeki, peraih penghargaan internasional ASEAN – Youth Eco Champion dibidang lingkungan tahun lalu.

Kini bekantan tidak hanya milik Kalsel atau Indonesia saja, akan tetapi sudah menjadi milik dunia dan merupakan salah satu primata ikonik yang unik dan eksotik.

Keberadaannya di alam mulai terancam punah. Untuk itu Lembaga Konservasi Internasional IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) memasukannya dalam daftar merah, sebagai Endangered Spesies, yang keberadaannya di alam liar terancam punah serta dilindungi.

Lebih lanjut Zulfa Asma Vikra, Ketua Forum Konservasi Flora & Fauna Kalsel, yang juga anggota DPRD Provinsi Kalsel ini mengatakan, perhatian mata dunia tentang keberhasilan dalam menjaga alam dan melestarikan bekantan adalah sesuatu yang positif dan menepis stigma bahwa Kalimantan dikenal sebagai negara perusak alam, khususnya hutan dan untuk itu, ia juga mengapresiasi keberhasilan dari tim SBI dalam upaya pelestarian bekantan di Kalsel ini.

“Angin segar ini menumbuhkan semangat kita untuk terus menjaga dan merawat alam demi keberlangsungan peradaban manusia yang selaras antara manusia dan lingkungannya. Sekaligus mendukung program pembangunan pemerintah yang berkelanjutan serta lestari,” ujarnya.

Zulfa sebutan akrab anggota dewan ini, menyampaikan, bahwa saat ini ia juga sedang menggodok perda perlindungan hutan, salah satunya untuk menjaga pelestarian bekantan melalui pembentukan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE).(muhammad)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan