Jalur ‘Rantai Dingin’ Dukung Percepatan Distribusi 5 Produk Vaksin ke 34 Provinsi

Covid-19 yang mengharuskan perlakuan khusus untuk menjaga kualitas, seperti Pfizer yang memerlukan suhu penyimpanan -70 derajat Celcius.
Kapasitas menjadi tantangan di lapangan, karena jalur distribusi vaksin yang ada harus mengakomodir kebutuhan vaksin rutin sekaligus vaksin COVID-19 yang berjumlah besar.

“Karena itu, kami berkolaborasi dengan banyak pihak termasuk pemerintah daerah, terkait fasilitas penyimpanan dan penyaluran vaksin ini.
Harapannya, setiap penjuru Indonesia segera tercukupi kebutuhan vaksinnya,” ujar Bambang.

Bambang menyatakan, juga dibutuhkan waktu untuk menyiapkan vaksin hingga siap digunakan. Dari bentuk bulk (bahan baku) menjadi bentuk jadi, perlu waktu sekitar 1 bulan, meliputi masa karantina, pengolahan, uji mutu, dan sebagainya. Vaksin bentuk jadi pun, harus melalui pengawasan mutu dan menunggu terbitnya lot release dari BPOM.

Agar meningkatkan ketersediaan vaksin di tanah air, Bio Farma bersama institusi dalam negeri juga tengah melakukan riset pengembangan vaksin produksi anak negeri, yang diharapkan dapat diluncurkan pada tahun depan.

Terkait ketersediaan vaksin, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD menyebutkan, di Indonesia saat ini sudah terdapat 5 produk vaksin. Setiap vaksin memiliki profil karakter yang berbeda, namun tujuannya sama, yaitu memberikan perlindungan.

“Semua merek efektif mencegah penularan, risiko sakit berat juga kematian akibar COVID-19. Karena itu, tidak perlu pilih-pilih vaksin. Vaksin terbaik adalah yang tersedia saat ini. Yang akan mengendalikan pandemi adalah kekebalan masyarakat, jadi makin banyak yang divaksin, makin baik. Segera vaksinasi, segera terlindungi. No one is safe until everyone is safe,” tandasnya.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog ini juga menegaskan, bahwa di lapangan, pemerintah sudah membuka akses seluas-luasnya untuk mempermudah masyarakat mendapatkan vaksin Covid-19.

Memang memerlukan upaya ekstra dalam hal distribusi mengingat populasi Indonesia yang banyak dan kondisi geografis berbentuk kepulauan. Namun, tantangan tersebut tidak hanya dialami oleh Indonesia.

“Justru kita harus bersyukur, pemerintah dapat memastikan ketersediaan vaksin. Jadi, sebagai warga negara yang baik, ayo segera vaksin,” ujarnya.

dr. Dirga menjelaskan, musuh utama percepatan vaksin saat ini adalah informasi yang salah, hoax yang beredar di tengah masyarakat.

“Ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah, kita semua harus bergerak untuk melawannya. Yang sudah divaksin, berikan contoh bagi yang lain,” lanjut dr. Dirga.

Dalam dialog yang sama, dr. Nadia Alaydrus – Dokter dan Influencer menggaris bawahi hal tersebut, bahwa menjadi tugas setiap orang untuk menyampaikan edukasi yang benar tentang vaksin. Influencer sangat berperan untuk menyebarluaskan informasi-informasi yang benar kepada masyarakat, dengan memanfaatkan berbagai platform media sosial yang semua ideal untuk digunakan.

Dengan bantuan media sosial, jangkauannya lebih luas dan bentuk edukasi dapat dikemas
menarik melalui konten-konten kreatif.
dr. Nadia juga menambahkan, vaksin memberikan lebih banyak manfaat, dibandingkan KIPI yang
sifatnya hanya sementara.

“Selain itu, efek vaksin bukan untuk satu orang, melainkan untuk komunitas. Penting untuk menyadarkan orang-orang sekeliling kita bahwa kita sedang memerangi virus. Harus disiplin protokol kesehatan dan segera melakukan vaksin,” pungkasnya.(rizqon)

Editor : Amran