Harga Karet Tinggi Diduga Jadi Faktor Rendahnya Tingkat Paritisipasi Pemilih Pilkada Kalsel di Tabalong

Pelaksanaan Pilkada Kalsel di Tabalong, 9 Desember 2020 lalu. (foto : arif/klikkalsel)

TANJUNG, klikkalsel.com – Tingkat partisipasi pemilih di Tabalong pada pelaksanaan Pilkada Kalsel 2020 mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni, hanya 55,24 persen.

Menurunnya tingkat partisipasi pemilih ini diduga karena ada beberapa faktor yang jadi menjadi pemicunya.

Kepala Kesbangpol Tabalong, Rahadian Noor mengatakan, dari pantauan pihaknya di lapangan, ada dua faktor yang menjadi penyebab menurunnya tingkat partisipasi pemilih di Tabalong pada Pilkada Kalsel tahun ini.

“Pertama dari pemantauan tim penyebabnya karena harga karet mahal dan masyarakat lebih memilih untuk berkebun dari pada datang ke TPS,” ucapnya ditemui diruang kerja, Rabu (16/12/2020).

Kemudian, penyebab lainnya, karena adanya pengaturan jam atau jadwal untuk memilih ke TPS.

“Ini juga jadi alasan, ada masyarakat yang ingin memilih siang tapi di jadwalnya pagi dan begitu juga sebaliknya, apabila jadwal ini tidak diatur kemungkinan besar masyarakat akan datang memilih,” beber Rahadian.

Rahadian menambahkan, dalam pemantauan yang dilakukan, pihaknya menyebar beberapa tim ke berbagai lokasi dan tidak ada menemukan persoalan atau kejadian luar biasa, hanya ada ada beberapa masalah-masalah kecil.

“Selama ini kita sudah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam Pemilu dan kami juga sudah menerbitkan surat edaran Bupati Tabalong tentang himbauan agar masyarakat datang ke TPS menggunakan hak pilihnya,” jelasnya.

Terpisah, Iyan Kicut, warga Desa Tanta Hulu, RT 03, Kecamatan Tanta, Tabalong, mengaku jika pada pelaksanaan Pilkada Kalsel tahun ini dirinya sengaja tidak ikut berpartisipasi memilih atau golput.

“Saya golput, karena kemarin sibuk manurih (menyadap) getah,” ungkapnya melalui whatsapp.

Menurut pria yang akrab disapa Iyan ini, menjelang beberapa hari sebelum pelaksanaan Pilkada Kalsel 2020, harga karet naik mencapai Rp9.700 per kilonya untuk harga jual ke pengepul.

“Padahal sebelumnya harga jual karet 8.200 rupiah kalau kita jual ke pengepul. Jadi saya lebih memilih manurih gatah yang jelas jadi duit daripada saya datang ke TPS,” ungkapnya.

Namun kata Iyan, tingginya harga karet bukan menjadi penyebab utama dirinya tidak datang ke TPS.

“Tapi saya lebih merasa kecewa dengan pemerintah yang tidak berpihak kepada rakyat kecil,” tuturnya.

Sementara itu, dari data yang berhasil dihimpun oleh Tim Pemantau Pemilu Badan Kesbangpol Tabalong, partisipasi pemilih pada Pilkada Kalsel ini hanya berkisar 55,24 persen atau 94.029 pemilih.

Jumlah ini menurun sebanyak 24,33 persen, jika dibanding tingkat partisipasi masyarakat Tabalong pada pelaksanaan Pilpres 2019 yang mencapai 79,57 persen atau 148.491 pemilih.

Tak hanya tingkat partisipasi pemilih, masyarakat yang terdaftar sebagai pemilih tetap (DPT) juga mengalami penurunan sebanyak 16.961 pemilih.

Pada Pilkada Kalsel tahun ini jumlah DPT berkisar 170.212. Sedangkan pada di Pilpres 2019 lalu sebanyak 187.173 pemilih. (arif)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan