BANJARMASIN, klikkalsel- Bergalar Datu Kayan, sosok ulama sekaligus pejuang, tanah banjar. Lelaki asal Banten ini merantau ke tanah Borneo, Kalimantan Barat, Tengah, dan akhirnya menetap dan bermakam di Pulau Alalak Brangas, Kabupaten Batola.
Datu Kayan dalam perjalanannya, juga terlibat dalam perjuangan rakyat melawan Belanda di Sungai Barito.
Bernama asli Syekh Abdurrahman Siddik, makam beliau berjrak 8,7 Kilometer dan ditempuh sekitar 23 menit dari titik 0 Kota Banjarmasin.
Datuk Kayan wafat pada tahun 1850 di usia yang ke 150 tahun, nama datuk Kayan digunakan sebagai nama samaran sebab pada masa itu belanda selalu mencari para pejuang yang membela keadaan masyarakat tertindas, oleh sebab itulah nama beliu disamarkan.
Sabtu,(10/8/2019) klikkalsel berkunjung ke makam sekaligus bertamu ke rumah salah satu keturuan beliau yakni Darwis yang hanya berjarak kurang lebih 100 meter dari makam.
Datuk Kayan yang melihat perjuangan rakyat, turut membantu. Dia tidak rela menyaksikan tentara Belanda menguasai Sungai Barito.
Karena keberaniannya melawan Belanda di perairan Sungai Barito lah, Datuk Kayan mendapat gelar Darun Kayan. Menurut bahasa Dayak, Darun berarti Panglima. Sedangkan Kayan adalah nama sub suku Dayak.
“Darun istilah orang suku dayak pada saat itu adalah pemimpin atau panglima, sedangkan Kayan adalah penghargaan gelar yang diberikan,†kata Darwis. Kepada klikkalsel.com
Datuk Kayan juga dikenal sebagai ulama Tasauf yang mempunyai banyak murid. Datu Kayan mempunyai beberapa isteri diantarannya bernama Zamrud asal Kabupaten Banjar, ia dikaruniai 5 anak. Beliau juga menikah dengan Syarifah asal Nagara ,HSS, Datuk Kayan dikaruniai 3 anak.
Banyak cerita ditengah masyarakat tentang karomah beliau diantarannya tentang Datu Kayan yang hidup di tengah masyarakat Pulau Alalak.
Salah satunya, saat musim kemarau, Sungai Alalak tercemar air laut dan menjadi asin. Jangankan dipakai untuk minum, untuk mandi pun lebih baik jangan.
Masyarakat lantas mengadukan masalah itu pada Datu Kayan. “Datu lalu mengambil lidi kelapa. Di tepi sungai, beliau membuat lingkaran dengan lidi tersebut. Air sungai yang berada di lingkaran tersebut berubah menjadi tawar.
“Banyak cerita karomah beliau namun takutnnya orang salah arti dalam memandangnnya sehingga niat dan tujuannya akan lain,†kata Darwis yang merupakan turunan 11 dari Datuk Kayan.(azka)
Editor : Amran