Banjarmasin Gagal Raih Adipura, Pengamat Lingkungan: Faktornnya Lengah Dipengelolaan Sampah

Tugu Adipura di kawasan Jalan RE Martadinata yang dibangun setelah Kota Banjarmasin mendapatkan penghargaan Adipura tiga tahun berturut-turut

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Empat tahun berturut-turut Banjarmasin mendapatkan penghargaan Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Tapi sangat disayangkan tahun 2023 ini capaian kota berjuluk Seribu Sungai ini harus terhenti.

Banjarmasin mendapatkan penghargaan Adipura Kirana selama tiga tahun berturut-turut sejak 2015 hingga 2017. di Tahun ke empat Pemko Banajrmasin berencana mendapatkan Adipura Kencana.

Namun sayangnya, di tahun 2018-2019 itu upaya untuk mendapatkan Adipura Kencana gagal dan hanya mendapatkan penghargaan Adipura Kota Besar.

Kesuksesan mendapatkan penghargaan dibidang lingkungan itu terhenti di tahun 2023 dan hanya mendapatkan sertifikat Adipura. Lantas apa yang membuat Banjarmasin gagal untuk mempertahankan penghargaan Adipura Kencana ini?

Disampaikan Hamdi, pengamat lingkungan dan tata kota, bahwa ia menduga kegagalan Pemko Banjarmasin mendapatkan Adipura ini karena sejumlah faktor.

“Yang pertama program kita pengurangan sampah dari sumbernya itu tidak berjalan dengan maksimal. Kenapa saya menyampaikan seperti itu, karena program itu mempunyai target, tapi nyatanya kalau kita lihat sampah kita yang ada di tempat penampungan sementara (TPS) itu meluber kemana-mana,” jelasnya.

Baca Juga : KLHK RI Serahkan Piala Adipura untuk Batola Kategori Kota Kecil

Baca Juga : Promosikan Kerajinan dan UMKM Daerah, Dekranasda Batola Buka Stand di INACRAFT 2023

“Yang kedua jumlah sampah yang masuk ke empat pembuangan skhir (TPA) itu setiap tahun meningkat artinya tidak ada pengurangan, malah meningkat setiap tahunnya itu berdasarkan data. Jadi menurut saya menjadi salah satu indikator kita tidak mendapatkan Adipura,” sambungnya.

Kemudian menurutnya, pengelolaan sampah di TPA sampai saat ini masih dengan pola dibuangan terbuka. “Disitu tidak dilakukan penutupan,” imbuhnya.

“Saya sadar bahwa pengelolaan TPA itu kalau menutup itu kita berat. Karena kita harus mendatangkan tanah penutup itu dari luar daerah. Tapi paling tidak kalau tidak bisa melakukan setiap bulan bisa kita lakukan per tiga bulan,” tambahnya.

Menurutnya lagi, penilaian Adipura ini mempunyai kategori yang berbeda-beda. TPA memiliki angka penilaian tertinggi.

“Kalau TPA kita itu baik maka nilai kita akan tinggi, tapi kalau sebaliknya maka kemungkinan nilai kita akan anjlok sangat besar. Hal-hal itulah yang saya kira membuat penilaian kita sangat turun,” tuturnya.

Tidak hanya itu saja, Hamdi juga mengatakan bahwa penghargaan Adipura ini tidak hanya dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH) semata. Akan tetapi sejumlah SKPD lain juga terlibat dalam upaya mendapatkan Adipura ini.

“Perlu perjuangan panjang dan semua harus serius. Perlu segera melakukan evaluasi dan kumpulkan semua Dinas terkait untuk sama-sama berbenah, dan juga harus memiliki program yang jelas,” terangnya.

“Intinya kita lengah setelah sekian lama dan setelah lengah itu kita seperti tidak serius lagi untuk menjaga kebersihan dan keindahan Kota Banjarmasin ini,” pungkasnya.(fachrul)

Editor : Amran