Diteror Makhluk Tak Berkepala di Rumah Baru

ilustrasi hantu tak berkepala

BANJARMASIN, klikkalsel – Delapan kali gulung tikar berjualan nasi goreng di ibukota, membuat Anang (nama samaran) mencoba peruntungan dagang ke luar daerah. Akibat keputusannya itu, ia justru mendapatkan pengalaman diteror makhluk gaib di tempat barunya.

Kejadian berawal ketika Anang mantap pindah dari Banjarmasin untuk berjualan di daerah Pelaihari, Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Kalsel), pada November 2013 silam.

Supaya laku, Anang memilih tempat jualan yang strategis, yakni berada di pinggir jalan raya kawasan Pelaihari (maaf lokasi persis tidak disebutkan).

Kebetulan pula tak jauh dari tempat jualannya itu, ada kenalannya yang mau meminjamkan rumah. Rumah itu berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya tempat jualannya, namun kondisinya terbilang sunyi, sebab hanya satu-satunya berdiri di kawasan itu dan jauh dari pemukiman warga.

Tak punya pikiran macam-macam, akhirnya Anang dengan satu anaknya pindah ke rumah milik temannya itu.

Setelah beres-beres rumah selesai, Anang dan anaknya tak sadar jam sudah menunjukan sore hari. Akhirnya mereka mandi dan makan lalu beristirahat.

Nah, malam pertama di rumah itu, Anang sudah merasakan keanehan di rumah yang di sekitarnya masih ditumbuhi semak hingga beberapa pohon besar tersebut. Mulai dari suara orang ketok pintu, anak-anak bermain dan berlarian hingga orang ketawa klikikan.

Baca Ini : Tiga Malam Berturut-turut Bertemu Serupa Kuntilanak

Karena tekad sudah bulat untuk mencari rezeki, ditambah rasa capek usai pindah rumah, hal-hal ganjil itu coba disingkirkan Anang.

Singkat cerita, usai sholat Subuh Anang kemudian pergi ke pasar membeli kebutuhan untuk berjualan. Hari pertama berjualan lumayan laku, Anang kemudian menutup tempat jualannya sekitar jam 9 malam.

Ditemani anaknya di tempat baru itu, Anang kembali mendapat teror serta pemandangan yang di luar nalar. Bahkan itu terjadi setiap malamnya.

Pernah suatu malam, ketika Anang bersih-bersih peralatan masak untuk jualannya itu di rumah, tiba-tiba ada suara mengetuk pintu dengan keras. Anang bergegas untuk membukakan pintu, dalam hatinya “mungkin tetangga yang ingin berkunjung,”. Namun setelah dibuka tak ada seseorang, bahkan di luar rumahnya sangat sepi.

Waktupun berlalu hingga tengah malam, Anang kembali dikagetkan lagi dengan suara-suara orang melempar batu kecil di bagian dinding luar rumahnnya.

Anang memberanikan menengok dari balik jendela rumahnya. Dan ia kembali dikaget dengan bunyi lemparan batu serta suara pecahan kaca ke arah dinding rumahnya.

Anang tak ambil pusing dengan peristiwa tersebut, ia menganggap mahkluk tak kasat mata yang bermain, sebab di belakang rumah anang terdapat Kawasan semak yang rimbun dan ditumbuhi pohon-pohon besar. Dan teror seperti ini berlangsung beberapa minggu.

Hingga suatu ketika, saat itu hujan deras dan waktu menunjukan pukul 21.00 Wita. Tiba-tiba pintu depan rumah Anang diketuk sangat keras. Awalnya tak digubris oleh Anang.

Yang anehnya, saat itu pula dari depan rumahnya ada yang memanggil namanya. Anang sempat berpikir, jangan-jangan setelah dibuka malah ngak ada orangnya.

Karena berkali-kali dipanggil, Anang kemudian mencoba mengintip dari balik pintu. Saat itu, ia melihat ada orang berdiri di depan pintu rumahnya dengan pakian serba hitam, namun Anang tak melihat seutuhnya.

Merasa ada orang, Anang kemudian menganggap yang datang itu mungkin teman atau tetangga. Lalu, ia pun mebukakan pintu rumahnya.

Betapa kagetnya Anang dan tubuhnya kaku hingga hampir pingsan , karena di depan pintu, ternyata Anang melihat dengan jelas sesosok mahkluk tegap berbadan besar namun tak berkepala. Tanpa pikir panjang Anang langsung kembali masuk dan menutup pintu rumah tersebut.

Tetapi teror tak berhenti sampai disitu. Buku serta barang di atas meja dalam rumah Anang, tiba-tiba berhamburan. Bahkan Anang melihat buku-buku tersebut seperti ada yang melempar hingga berterbangan.

Sadar ada yang menggangu, Anang kemudian mencoba tenang. Karena keimanan dan keyakinan Anang yang kuat, akhirnya makhluk tersebut pergi.

Keanehan tersebut sempat terjadi beberapa bulan berikutnya, namun tidak tiap malam seperti sebelumnya. Dan hingga sekarang seiring dengan bertambahnya rumah di kawasan tersebut, teror tersebut sudah berangsur hilang.

Kini, Anang berhenti menjadi pedagang nasi goreng, dan menjadi petani dengan memanfaatkan sisa lahan yang bisa dibelinya termasuk rumah milik temannya itu. (*)

 

Penulis : Azka

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan