Waspada Fenomena La Nina, Baru Satu Daerah Siaga Banjir

Fenomena La Nina
Fenomena La Nina

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Fenomena iklim global La Nina sejak awal Oktober tadi dipastikan terjadi pada musim hujan tahun ini dan tahun depan. Hal ini patut menjadi perhatian serius beberapa daerah yang kerap terjadi banjir.

Hujan deras disertai angin kencang dan kilatan petir yang berlangsung di Banjarmasin pada Minggu (15/11/2020) sore, berkaitan dengan kejadian La Nila. Apa itu La Nina ?

La Nina merupakan fenomena perubahan yang tak wajar sistem iklim global yang terjadi dengan periode ulang berkisar antara 2-7 tahun di Samudra Pasifik dan atmosfer, langit di atasnya berubah dari keadaan netral (normal) serta minimal berlangsung selama 2 bulan.

Pada fenomena La Nina yang terjadi adalah pendinginan yang tidak biasa, yaitu anomali suhunya melebihi -0.5 derajat celcius di area yang sama.

Kepala Bidang Analisis Variabilitas Iklim BMKG, Indra Gustari mengingatkan, saat ini La Nina sudah terjadi, dan potensi hujan tinggi yang mengakibatkan air pasang akan terjadi.

Dia juga menerangkan, musim hujan tahun ini dan tahun depan diwarnai fenomena iklim global La Nina sejak awal Oktober tadi.

“Berdasarkan update data dasarian BMKG awal November tadi, diprediksi akan berlangsung hingga April tahun depan dengan intensitas La Nina lemah hingga moderat,” ujarnya saat Rapat Evaluasi Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2020 di Neptunus Ballroom, Golden Tulip Galaxy Hotel Banjarmasin, belum lama tadi.

Dia memaparkan indikator La Nina berupa anomali suhu muka laut Pasifik tengah. Menurut data yang didapat BMKG, saat ini suhu sudah berada di bawah -0.5 derajat celcius dan sudah berlangsung lebih dari 2 bulan lebih.

“Sesuai analisa dan prediksi dinamika atmosfer dan laut, puncaknya diprediksi terjadi pada November sampai Desember nanti,” sebutnya.

Dia memperingatkan dampak utama dari fenomena La Nina ke cuaca atau iklim di Indonesia, akan munculnya peningkatan curah hujan.

Meski demikian, kondisi topografi di Indonesia yang berbeda-beda, maka dampak La Nina tak seragam di seluruh wilayah.

“Dampaknya adalah banjir hingga tanah longsor. Ini yang harus menjadi perhatian dan kewaspadaan masyarakat,” ingatnya.

Lantas bagaimana dengan kesiapan Pemerintah Provinsi Kalsel dengan fenomena ini ? khususnya kesiapan menghadapi banjir yang kerap terjadi ketika musim hujan.

Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalsel, Mujiyat menyatakan, pihaknya sudah menyampaikan surat edaran kepada pemerintah kabupaten dan kota untuk antisipasi dampak musim hujan ini, sejak 16 Oktober lalu.

Saat ini dari sejumlah kabupaten/kota, baru Kabupaten Barito Kuala yang sudah menetapkan siaga banjir.

“Untuk Kalsel secara keseluruhan, Pemprov belum menetapakan status siaga banjir. Karena saat ini status siaga darurat Karhutla masih berlaku sampai akhir November,” ucapnya.

Melihat prediksi dari BMKG sebutnya, tak menutup kemungkinan beberapa daerah berpotensi mengalami musibah banjir.

Berkaca pengalaman tahun-tahun sebelumnya, BPBD Kalsel telah memetakan beberapa daerah yang akan terdampak ketika curah hujan dengan intensitas tinggi.

Mujiyat memaparkan daerah berpotensi banjir meliputi Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, Tabalong, Balangan, Tanah Laut, Tanah Bumbu, Kotabaru, Tapin, Barito Kuala dan Kota Banjarbaru.

“Kami berharap daerah yang sering terdampak segera menetapkan status siaga banjir ini. Sehingga untuk penanganannya bisa lebih dini. Baru Kabupaten Barito Kuala,” tegasnya.

Status siaga sendiri sebutnya, tak hanya soal banjir. Namun meliputi juga tanah longsor, angin puting beliung hingga gelombang pasang.

“Sungai Barito juga berpotensi meluap jika intensitas hujan tinggi di daerah hulu. Akibatnya, banjir pun terjadi di wilayah Barito Kuala,” pungkasnya.(rizqon)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan