Upaya Walikota Banjarbaru Turunkan Angka Stunting Mendapat Apresiasi

Walikota Banjarbaru H M Aditya Mufti Ariffin menghadiri Acara Pembukaan Orientasi Teknis Tim Pendamping Keluarga dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting.

BANJARBARU, klikkalsel.com – Walikota Banjarbaru H M Aditya Mufti Ariffin didampingi Kepala DP2KBPMP2A Banjarbaru Dra Sri Lailana menghadiri Acara Pembukaan Orientasi Teknis Tim Pendamping Keluarga dalam rangka Percepatan Penurunan Stunting di Kota Banjarbaru, di Aula Gawi Sabarataan Pemerintah Kota (Pemko) Banjarbaru, Senin (25/4/2022)

Turut hadir Ketua Perwakilan BKKBN Prov Kalsel ir H Ramlan MA, TP PKK Kota Banjarbaru, Camat serta Ketua TP PKK Kecamatan se Kota Banjarbaru dan para kader KB serta undangan lainnya.

HM Aditya Mufti Ariffin dalam sambutannya, menyampaikan orientasi ini sangat penting sebagai media peningkatan wawasan dan kemampuan kader tim pendamping keluarga.

Tentunya dari kegiatan ini dapat menjadi ajang silaturahmi, komunikasi dan sosialisasi antara kader-kader tim pendamping keluarga untuk saling menyempurnakan dan mendukung keberhasilan berbagai program di daerah masing-masing.

Berdasarkan data survei status gizi balita Indonesia 2021, prevalensi stunting saat ini masih berada pada angka 24,4 persen atau 5,33 juta balita.

Prevalensi stunting ini telah mengalami penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.

Namun Presiden Joko Widodo menargetkan angka stunting dapat turun menjadi 14 persen di 2024.

Oleh karena itu dalam upaya perwujudan misi tersebut Pemko Banjarbaru terus melakukan berbagi upaya, seperti penandatanganan komitmen bersama percepatan penurunan stunting dengan melibatkan lintas sektor terkait.

Baca Juga : Terbaik Dalam Percepatan Penanggulangan Stunting, Pemkab Tanbu Terima Penghargaan dari Gubernur Kalsel

Baca Juga : RAN PASTI di Kalsel, Stunting di Bumi Lambung Mangkurat Harus Berkurang Drastis

Tim pendamping keluarga bertugas mengedukasi, sosialisasi dan screening pencegahan stunting pada tiga kelompok sasaran, yaitu calon pengantin, ibu hamil, dan keluarga yang memiliki anak berusia kurang dari 2 tahun. Ketiga kelompok merupakan yang paling rentan mengalami kasus stunting.

Tim pendamping keluarga juga akan memfasilitasi kelompok sasaran terkait pelayanan rujukan dan pemberian bantuan sebagai upaya peningkatan kesehatan dan kesejahteraan keluarga. Dengan memberikan 7 layanan konvergensi, diantaranya kesehatan ibu dan anak, konseling gizi, air bersih dan sanitasi, perlindungan sosial, pendidikan melalui PAUD, pengasuhan anak di keluarga dan pendayagunaan lahan pekarangan, serta kolaborasi seluruh pihak, diharapkan angka stunting dapat ditekan seoptimal mungkin.

“Semoga keberadan tim pendamping keluarga di seluruh wilayah Kalimantan Selatan mampu membuat masyarakat lebih peduli dan sadar jika stunting pada anak adalah hal yang membutuhkan penanganan dengan segera, dan tumbuh kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam menekan angka stunting di wilayahnya masing-masing,” katanya.

Perwakilan BKKBN Prov Kalsel Ir H Ramlan MA mengucapkan terimakasih dan mengapresiasi, yang telah dilakukan oleh Walikota Banjarbaru terkait penurunan angka stunting di Banjarbaru.

Ia mengatakan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia. Otaknya hanya tumbuh 35 persen saja, dan itu sangat sulit menerima ilmu atau pendidikan. Diharapkan melalui Tim Pendamping Keluarga ini kita dapat menurunkan angka stunting di daerah kita.

Sementara itu Kepala DP2KBPMP2A Banjarbaru Dra Sri Lailana menuturkan, ada sebanyak 66 tim pendamping keluarga diseluruh kelurahan se-Kota Banjarbaru, pendamping terdiri dari 3 orang, yang dikoordinasi oleh bidan atau tenaga kesehatan, kader PKK dan Kader KB, jumlah se-Kota Banjarbaru 498 Kader.

“Dimana keluarga yang menjadi sasaran pendampingan oleh tim keluarga adalah remaja atau calon pengantin atau calon pasangan usia subur 3 bulan sebelum terjadinya pernikahan atau sebelum berkeluarga, pasangan usia subur, ibu hamil dan pasca persalinan serta keluarga yang memiliki anak usia 0 – 23 bulan, dan keluarga yang memiliki anak usia 24 – 59 bulan,” tukasnya. (adv/nida)

Editor : Herry Murdi