Tabur Bunga di Haul ke-161 Sembari Merenungi 7 Wasiat Pangeran Antasari

Gubernur Kalsel Sahbirin Noor bersama unsur Forkopimda melakukan penaburan bunga di makam Pangeran Antasari.

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Seratus enam puluh satu tahun silam, tepatnya pada 11 Oktober 1862 Pangeran Antasari wafat di tengah masa perjuangan melawan penjajah Belanda di Kalimantan Selatan. Semasa perjuangan, Pahlawan Nasional dari Kerajaan Kesultanan Banjar itu mewasiatkan tujuh pesan penting, yang salah satunya menjadi slogan Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) yakni ‘Waja Sampai Kaputing’.

Pangeran Antasari bagi masyarakat Kalsel khususnya Suku Banjar adalah sosok yang patut diteladani. Setiap tahun, Pemprov Kalsel melalui unsur Forkopimda dan tokoh masyarakat memperingati wafatnya Pejuang Perang Banjar yang menyatukan masyarakat Banua melawan penjajah Belanda.

Suasana khidmat penuh sukacita mewarnai upacara peringatan Hari Wafat ke-161 Pahlawan Nasional Pangeran Antasari di Kompleks Pemakaman Masjid Jami Jalan Malkon Temon Sungai Jingah Kota Banjarmasi, Rabu (11/10/2023). Usai upacara dilanjutkan dengan penaburan bunga di atas makam sang pahlawan.

Di momen ini, Gubernur Kalsel Sahbirin Noor membacakan butir 7 Pangeran Antasari dengan penuh penghayatan. Berikut 7 pesan Pangeran Antasari.

1. Haram Manyarah Waja sampai Kaputing
2. Lamun Tanah Banyu Kita Kada Handak di Lincai Urang, Jangan Bacakut Papadaan Kita.
3. Lamun Handak Tulak Manyarang Walanda, Baikat Hati di Tali Sindat.
4. Jangan Mati Paharatan Bukah, Matilah Kita di Jalan Allah.
5. Siapa Nang Babaik-baik Wan Walanda, Tujuh Katurunan Kahada Aku Sapa.
6. Amun Kita Sudah Sapakat Handak Mahinyik Walanda, Janganlah Walanda Diberi Muha, Badaras Pagat Urat Gulu Amun Manyarah Kahada.
7. Haram Dijamah Walanda, Haram Diriku Dipanjara. Haram Negeriku Dijajah.

“Semangat Haram Manyarah, Waja Sampai Kaputing, yang ditanamkan Pangeran Antasari, dan pesan moral lainnya, dapat diteladani masyarakat di Banua Kalsel Babussalam. Nilai-nilai semangat perjuangan sepatutnya diwarisi untuk berjuang mewujudkan kesejahteraan masyarakat di era sekarang,” tutur Paman Birin, sapaan akrab gubernur.

Terpisah, Pemerhati Kebudayaan Banjar, Datuk Cendekia Kesultanan Banjar, Taufik Arbain memaparkan makna dari tujuh pesan penting Pangeran Antasari tersebut.

1. Haram Manyarah Waja sampai Kaputing.

Semboyan tersebut bermakna haram hukumnya menyerah kepada musuh, tekat tak tergoyahkan, perjuangan yann ulet dan tabah sampai akhir hingga kemenangan diraih. Semboyan itu juga diamanatkan almarhum kepada keturunan beliau, termasuk warga Banjar, Kalsel.

2. Lamun Tanah Banyu Kita Kada Handak di Lincai Urang, Jangan Bacakut Papadaan Kita.

Maksud pesan ini yaitu jika tanah air tidak ingin dijajah/diambil orang, maka jangan mau diadu domba bertengkar sesama warga sendiri.

3. Lamun Handak Tulak Manyarang Walanda, Baikat Hati di Tali Sindat.

Maksud pesan ketiga Pangeran Antasari ini adalah sebuah tekat yang kuat berjihad di jalan Allah atau Fii Sabilillah melawan penjajah Belanda.

“Mengapa Pangeran Antasari mengumandangkan itu, karena cara yang mempengaruhi emosial nuansa kebatinan orang-orang Banjar melawan Belanda itu kecuali Jihad Fii Sabilillah,” ucap Taufik.

4. Jangan Mati Paharatan Bukah, Matilah Kita di Jalan Allah.

Taufik mengatakan, pesan Pangeran Antasari ini menegaskan bahwa pasukan Banjar tidak akan mundur dalam peperangan dan tidak takut mati di tangan Belanda.

5. Siapa Nang Babaik-baik Wan Walanda, Tujuh Katurunan Kahada Aku Sapa.

Pangeran Antasari menyatakan sikap agar para rakyat tidak tergiur bujuk rayu Belanda, bahkan beliau bersumpah tidak akan menyapa bagi yang berkhianat.

6. Amun Kita Sudah Sapakat Handak Mahinyik Walanda, Janganlah Walanda Diberi muha. Badaras Pagat urat Gulu Amun Manyarah Kahada.

Taufik Arbain menerangkan, komitmen bulat Pangeran Antasari untuk melawan dan mengusir penjajah Belanda tanpa ampunan sedikit pun. Walaupun dalam perjuangan kalah jua, Pangeran Antasari menyatakan tak menyerah meski taruhannya nyawa.

Baca Juga : Anak-anak di Kaki Gunung Halau-Halau Akhirnya Mengenal Sosok Pangeran Antasari Lewat Film Perang Banjar

Baca Juga : Museum Kayuh Baimbai Diharapkan Bisa Menjadi Saksi Sejarah 5 Abad Kota Banjarmasin

Masyarakat Banjar, ujarnya, harus menyadari dan berbangga dengan peperangan yang dikumandangkan Antasari kepada Belanda.

“Sebab Pangeran Antasari lah adalah salah satu rangkaian tanpa menampik para pejuang lain menjadikan bangsa Banjar ini sebagai bangsa pejuang dan bangsa pahlawan,” ujarnya yang juga sebagai Staf Khusus Gubernur Kalsel.

7. Haram Dijamah Walanda, Haram Diriku Dipanjara. Haram Negeriku Dijajah.

Pangeran Antasari menegaskan dirinya anti Belanda. Beliau mengharamkan dirinya ditangkap Belanda dan terus melakukan perlawanan secara bergerilya hingga membuat penjaga kewalahan. Beliau juga menyatakan, enggan negeri tanah Banjar dan Nusantara dijajah Belanda.

Sekilas riwayat tentang Pangeran Antasari.

Pangeran Antasari lahir pada tahun 1797 (sumber lain menyebutkan 1809) di Kayu Tangi, Kesultanan Banjar. Beliau adalah keluarga Kesultanan di Banjarmasin kala itu, tetapi hidup dan dibesarkan di lingkungan istana Antasan Martapura.

Pangeran Antasari adalah cucu Pangeran Amir yang gagal naik tahta pada tahun 1785. Sosok Pangeran Antasari tidak hanya dianggap sebagai pemimpin Suku Banjar. Dia juga merupakan pemimpin Suku Ngaju, Maanyan, Siang, Sihong, Kutai, Pasir, Murung, Bakumpai dan beberapa suku lainnya yang berdiam di kawasan dan pedalaman atau sepanjang Sungai Barito, baik yang beragama Islam maupun kepercayaan Kaharingan.

Kericuhan- kericuhan yang terjadi di dalam istana menjadikan cicit dari Sultan Aminullah ini tersisih, walaupun ia sebenarnya adalah pewaris tahta Kesultanan Banjar.

Kericuhan yang terjadi di kalangan istana itu diketahui dan dimanfaatkan oleh Belanda untuk campur tangan dalam menyelesaikan persoalan yang ada. Belanda siap membantu untuk menyelesaikan kericuhan dan pemberontakan yang ada di Kesultanan Banjar dengan catatan ada imbalan yang harus diberikan kepada Belanda.

Ditambah polemik yang terjadi, setelah Sultan Hidayatullah ditipu Belanda dengan terlebih dahulu menyandera Ratu Siti, Ibunda Pangeran Hidayatullah dan kemudian diasingkan ke Cianjur.

Sejak itulah sedikit demi sedikit Belanda ikut dalam masalah di Kesultanan Banjar dan akhirnya dapat mengusai daerah Banjar baik secara pemerintahan maupun kekuasaan wilayah dengan mengeruk berbagai tambang yang ada di bumi Banjar.

Hal inilah yang menimbulkan pemberontakan dari rakyat setempat kepada Belanda, karena telah dianggap berlaku semena-mena terhadap rakyat kecil. Beberapa pemberontakan yang terjadi di antaranya sebagai berikut.

Di Banua Lima, yakni daerah Negara, Alabio, Sungai Bouna, Amuntai dan Kelua yang dipimpin oleh Jalil.

Di Muning, dibawah pimpinan Alim yang menobatkan dirinya sebagai Sultan dengan nama Penambahan Muda dan diikuti pula oleh anaknya yang bernama Sambang dan anak perempuannya yang bernama Saranti (yang kelak nantinya menjadi isteri Pangeran Antasari).

Di Tanah Laut dan Hulu Sungai dipimpin oleh Demang Lehman.

Di Kapuas Kahayan di bawah pimpinan Tumenggung Surapati.

Gerakan-gerakan itu sebenarnya menghendaki agar yang berkuasa adalah Pangeran Hidayat sesuai dengan amanat Sultan Adam sebagai penguasa terdahulu. Karena yang berkuasa saat itu adalah Pangeran Tamjidillah yang merupakan kaki tangan Belanda dan mendapat dukungan dari Belanda serta bertindak banyak yang merugikan rakyat.

Karena gerakan ini dilakukan secara sendiri-sendiri, sehingga sering menemui kegagalan dalam perjuangannya. Barulah pada saat Pangeran Antasari yang diutus oleh Pangeran Hidayat yang waktu itu sebagai Mangkubumi untuk menyelidiki Gerakan-gerakan itu untuk dipersatukan.

Pangeran Antasari merasa perjuangan para pemberontak sama dengan perasaan jiwa yang ada pada dirinya. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Pangeran Antasari untuk menggalang kekuatan secara bersama-sama dengan para pemberontak bersatu melawan Belanda.

Maka sejak itu perjuangan rakyat Banjar ditengah kondisi krisis dilanjutkan oleh Pangeran Antasari sebagai salah satu pemimpin rakyat yang penuh dedikasi maupun sebagai sepupu dari pewaris kesultanan Banjar Pangeran Hidayatullah.

Seluruh rakyat, para panglima Dayak, pejuang-pejuang, para alim ulama dan bangsawan-bangsawan Banjar dengan suara bulat mengangkat Pangeran Antasari menjadi “Panembahan Amiruddin Khalifatul Mukminin”, yaitu pemimpin pemerintahan, panglima perang dan pemuka agama tertinggi.

Pada tanggal 28 April (sumber lain menyebutkan 25 April) tahun 1859, Benteng Belanda di Pangaron, Kabupaten Banjar adalah yang pertama terjadi penyerbuan pasukan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Antasari sering melakukan perlawanan terhadap Belanda.

Untuk mengenang jasa-jasanya, Pangeran Antasari mendapat gelar Pahlawan Nasional sesuai dengan Surat Keputusan Presiden RI No. 06/TK/1968.

Nama Pangeran Antasari juga banyak disematkan pada nama jalan. Namanya juga diabadikan pada Korem 101/Antasari dan julukan untuk Kalsel yakni Bumi Antasari. (rizqon)

Editor: Abadi