Sudah Vaksin Masih Kena Covid-19, Kenapa?

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Covid -19 masih menjadi pandemi. Sejauh ini, selain mentaati protokol kesehatan, salah satu cara yang dilakukan untuk memutus penularan virus penyebab penyakit ini adalah dengan vaksinasi. Namun, ternyata orang yang sudah divaksin masih berisiko terinfeksi virus. Mengapa demikian?

Plt Kepala Dinas Kesehatan, DR Machli Riyadi saat dimintai pendapatnya membenarkan bahwa vaksinasi tidak membuat seseorang kebal sepenuhnya terhadap Covid-19. Vaksin ujarnya memiliki peran untuk menurunkan risiko kemungkinan orang terpapar virus. Apalagi ujarnya, jika vaksinasi tidak dilakukan secara sempurna, yaitu vaksin dosis 2 atau booster (vaksin dosis 3).

Namun demikian, dari beberapa jurnal dan pendapat pakar, Machli menyebut vaksin membuat seseorang yang terpapar memiliki tingkat risiko keparahan lebih rendah dibanding jika belum divaksin.

“Jadi vaksin tidak membuat 100 persen kebal terhadap virus. Tapi menurunkan risiko terpapar dan jika pun terpapar akan membuat resiko keparahannya rendah, bahkan tanpa gejala,” ucap Machli, Selasa (8/2/2022).

Hal tersebut seperti yang terjadi di Banjarmasin, saat ini ujarnya terdapat 829 kasus aktif. Dimana 95 persen diantaranya tanpa gejala, karena 65 persen diantaranya telah melakukan vaksin, namun tidak sempurna.

Lebih lanjut, Machli pun menyebut bahwa vaksin membutuhkan waktu untuk membentuk kekebalan tubuh secara sempurna. Ia menyebut untuk vaksin dosis 2 baru bisa membentuk kekebalan tubuh sempurna setelah 28 hari.

“Kekebalan tubuh tersebut akan menurun setelah 6 bulan. Sehingga membutuhkan booster atau vaksin dosis 3 untuk kembali meningkatkan kekebalan tubuh,” ucapnya.

Terkait banyak warga yang terkonfirmasi positif sesaat pasca menjalani vaksin dosis 2 dan 3, Machli menduga itu terjadi karena sebelum vaksin orang tersebut sudah terpapar virus. Namun baru muncul gejalanya setelah menjalani vaksin.

“Jadi orang tersebut memang sebelumnya sudah terpapar tapi belum terkonfirmasi atau tidak bergejala. Hal itu adalah yang paling realistis” jelasnya.

Baca Juga : Berlomba Dengan Kasus Covid Yang Terus Menanjak, Kapolsek Bantim: Kita Vaksin Lansia Dari Rumah ke Rumah

Baca Juga : Covid-19 di Banjarmasin Naik Jadi 828 Kasus, Omicron Belum Ada di Banjarmasin

Ia menyangkal bahwa pemberian vaksin malah membuat seseorang terpapar Covid, karena ia memastikan dari berbagai literatur dan jurnal yang didapatnya bahwa vaksin tidak bisa menyebabkan seseorang terpapar.

Sehingga ia meminta masyarakat tidak underestimate terhadap vaksin. Ia meyakinkan bahwa vaksin adalah salah satu cara terbaik untuk menciptakan herd immunity dan melawan pandemi ini.

“Cara melawan pandemi ini ialah vaksin dan tetap menjaga protokol kesehatan,” tegasnya.

Sementara itu Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kalimantan Selatan, Rudiansyah mengamini apa yang disampaikan Plt Kadis Kesehatan Banjarmasin. Ia juga menyebutkan bahwa vaksin tidak dapat memberikan jaminan seseorang bakal kebal sepenuhnya terhadap Covid-19.

Apalagi untuk varian Omicron yang belakangan sulit dibendung. Bahkan menurut pengalaman keluarganya, meski telah melakukan vaksin lengkap 2 kali masih saja terpapar.

“Untuk varian ini sulit dibendung karena penularan sangat cepat dan masa inkubasinya pun hanya 1 sampai 2 hari,” ucapnya.

Meski demikian, senada dengan Machli ia menyebut vaksin dapat menurunkan risiko keparahan atau kematian jika tetap terpapar.

Ia pun mencontohkan, dari sekian banyak pasien yang ditanganinya, dua diantaranya meninggal dunia. Setelah ditelusuri ternyata keduanya tidak melakukan vaksinasi dengan berbagai alasan.

“Vaksin mengurangi derajat risiko keparahan bahkan kematian,” ucapnya.

Meski disebutkannya masyarakat masih bisa mengandalkan vaksin sebagai ikhtiar pelindung diri terhadap virus ini, namun ia meminta masyarakat juga tetap memperhatikan dan memperketat protokol kesehatan sebagai langkah pencegahan. (David)

Editor: Abadi