Sebelumnya kata dia, permasalahan ini sudah ada sejak memasuki zaman kemerdekaan pasca tahun 1945.
“Dari beberapa sumber dipaparkan bahwa pengeras suara mulai populer di masjid-masjid. Kala itu, anak negeri mulai berdebat tentang penggunaan pengeras suara ini. Permasalahan suara yang terlalu keras menjadi salah satu perdebatan yang muncul,” jelasnya.
Seperti yang terekam dalam sejarah, seorang warga jakarta dalam tulisan Espress, edisi 22 Agustus 1970 pernah protes bahwa bagaimana kalau ada orang yang sakit di sekitar masjid dan meninggal karena suara azan yang terlalu keras, misalnya.
Namun, dari protes tersebut ada yang mengaku tidak keberatan dengan suara adzan melalui pengeras suara.
“Kala itu pernyataan tersebut dilontarkan pegawai di Departemen Agama, Oka Diputhera yang diketahui beragama non muslim,” ceritanya.
Meskipun begitu, diakui atau tidak kata Mansyur pengeras suara di masjid pada sebagian kalangan memang dianggap hal mengganggu di tengah masyarakat.
“Hal itu dikarenakan banyak laporan yang masuk baik secara lisan dalam obrolan warung hingga surat komplain terbuka di blog dan media sosial telah membicarakan mengenai kebisingan masjid,” jelasnya.
“Komplain tersebut datang bukan saja dari non-muslim, tapi juga banyak warga muslim yang mengaku terganggu,” sambungnya.
Menurutnya, komplainnya tidak akan terlalu banyak seandainya speaker masjid khusus digunakan untuk azan lima kali sehari saja. Namun kenyataannya, speaker masjid dipakai dalam waktu yang tidak bisa diduga.
“Seperti memulainya dari tilawah di pagi buta, qosidah di pagi dan sore hari, ceramah majelis taklim, dzikir menjelang maghrib, sampai membangunkan sahur di bulan puasa,” tuturnya.
Lebih lanjut, khusus di Banjarmasin Mansyur mengungkapkan bahwa aturan penggunaan pengeras suara juga sudah lama diterbitkan. Hampir sama dengan aturan di daerah lainnya yang berlaku secara nasional sejak 44 tahun yang lalu.
Baca Juga : Masyarakat Banjar Patut Tahu! Kisah Heroik Pangeran Antasari dan Pesan Perjuangannya
Baca Juga : Sejarah Hari Damkar Internasional 4 Mei, Begini Kisahnya