PPKM, Produksi UMKM Tempe Banjarbaru Tetap Bertahan Meskipun Omzet Turun

Para pekerja tetap mematuhi protokol kesehatan saat pengolahan kedelai untuk dijadikan tempe. Foto :(putra/klikkalsel.com)

BANJARBARU,klikkalsel.com – Penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat memberikan dampak yang signifikan terhadap dunia usaha, tak terkecuali UMKM di Kota Banjarbaru.

Salah satunya yang dialami perajin tempe di Jalan Sidomuliyo Permai, Blok D No.10 Kelurahan Landasan Ulin Timur, Kecamatan Landasan Ulin, Banjarbaru.

Devi Arinursiwa, Penangung jawab UMKM Tempe Asli HB Banjarbaru dan UMKM Azzakk, mengatakan kepada klikkalsel.com daya beli masyarakat terus merosot di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi.

Ditambah juga dengan harga Kedelai yang merangkak naik, saat melemahnya pertumbuhan perekonomian warga terutama para pedagang kecil yang berjualan tempe.

“Tak sedikit pelanggan memilih untuk berhenti berjualan sementara ini, tidak mengambil ke kami tentu berdampak dengan omzet. Dan juga saat ini harga bahan naik yang awalnya per kilo kedelai sebesar Rp 6.500, saat ini harga kedelai Rp 11 ribu per kilo,” ucapnya, Rabu (11/8/2021) sore.

Devi Arinursiwa menceritakan, sebelum adanya Covid-19 dan PPKM Darurat, Omzet penjualan bisa mencapai RP 360 juta perbulan.

“Kalau sebelum adanya Covid-19 hingga PPKM omset rata-rata perbulan bisa mencapai Rp 360 juta, dan untuk saat ini merosot hingga 20 Persen,” tuturnya.

Meski PPKM Darurat ini adalah pukulan telak baginya, karena semua pergerakan usaha dibatasi, Devi Arinursiwa menuturkan masih bertahan walaupun tak sedikit banyak pengrajin tempe lain memilih untuk berhenti sementara.

Hal tersebut didasari karena keinginan untuk tetap memperkerjakan para pegawainya yang sedikit banyaknya adalah masyarakat menengah kebawah.

“Kita tetap bertahan karena kita sadari himpitan ekonomi pas pandemi dirasakan semua, jika kita tutup lalu pegawai yang tidak bekerja otomotis tidak mendapatkan upah, terus gimana mereka untuk hidup sehari-hari,” terangnya.

Namun untuk kondisi bertahan, Devi Arinursiwa memilih untuk menekan produksi agar mensiasati barang daganganya tetap bisa habis terjual.

“Inovasi dampak tempe yang awalnya ukuran besar saat ini turun,hHarga tetap Rp 3.500 berat dulu 4 Ons, namun saat ini 3.2 Ons,” cetusnya.

Devi Arinursiwa akui sendiri meskipun sangat terbatasi, namun ia tetap bersyukur dan akan mendukung apapun peraturan pemerintah.

“Karena memang kondisi Pandemi Covid-19 ini mau bagaimana lagi, kita harus patuh agar segera berakhir. Dan pekerja saat juga persip perharinya, serta sudah ikut vakisin. Untuk sip pertama 20,” tutupnya.(putra)

Editor : Amran