Banjar  

Perdana di Kalsel, Orpala X-PAS Borneo Gelar Pelatihan Pengenalan dan Penanganan Gigitan Ular di Alam Bebas

Rudi Abu (kiri) saat mengenalkan jenis ular tidak berbisa kepada peserta dari Pecinta Alam se-Kalimatan Selatan, Sabtu (16/12/2023).(Sumber: Mada Al Madani).

MARTAPURA, klikkalsel.com – Organisasi Pecinta Alam dan Seni (Orpala) X-PAS Borneo Kalimantan Selatan menggelar pelatihan pengenalan dan penanganan gigitan ular (PPGU) di Aula Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Banjar, Sabtu (16/12/2023) siang.

Trainer dari Yayasan Ular Indonesia, Sioux, Rudi Abu mengatakan, pelatihan perdana tentang reptil tanpa kaki tersebut digelar oleh pihaknya untuk pencinta alam se-Kalimantan Selatan.

“Pelatihan ini kita gelar untuk para pecinta alam di Kalsel, karena dinilai sangat perlu. Pasalnya pecinta alam ini sering berkegiatan di alam bebas dan tidak menutup kemungkinan bertemu dengan ular,” jelas salah satu pendiri Orpala X-PAS Borneo ini.

Dalam pelatihan tersebut, Rudi mengatakan, pihaknya mengarah kepada pengenalan jenis ular dan cara penanganan gigitan ular sesuai dengan rekomendasi World Health Organization (WHO) 2016.

“Kegiatan ini sifatnya sharing,” ucapnya.

Lelaki kelahiran 1981 ini mengatakan, dalam pengenalan reptil tersebut, pihaknya membawa banyak jenis ular, dari yang berbisa hingga tidak. Diantaranya ular terbang, Subang (jenis viper), Kobra, Puska dan ular pucuk serta ular lainnya.

Dalam kegiatan tersebut, ia mengatakan antusias dari pecinta alam lumayan tinggi, bahkan ada yang datang dari Barito Utara, Kalimantan Tengah.

“Mungkin mereka juga menyadari ilmu ini sangat bermanfaat bagi kalangan mereka yang dominan berkegiatan di alam bebas,” jelasnya.

Baca Juga : Uji Turbin PLTA Diduga Sebabkan Ribuan Ikan Jala Apung di Awang Bangkal Mati

Baca Juga : Sempat Pamit Ingin Mati, Warga Kelayan B Ditemukan Tewas Gantung Diri

Rudi juga mengharapkan, dengan kegiatan tersebut bisa dilakukan untuk kalangan yang lebih luas, seperti ibu-ibu kompleks hingga organisasi lain. Agar mengetahui jenis ular, sehingga tidak mudah menyimpulkan binatang tersebut berbisa dan membunuhnya.

“Karena pengenalan jenis ular ini memang sangat penting, serta banyak yang tidak mengetahui mana yang berbisa dan tidak. Tidak semua ular harus dibunuh, agar tidak merusak ekosistem-nya,” harapnya.

Tidak hanya itu, iya mengharapkan ada kegiatan yang lebih besar melibatkan BPBD dan Damkar.

Di tempat yang sama, Fahmi (21) dari Mapala Peregrina, Universitas Sarimulia Banjarmasin, mengaku sangat antusias dengan pelatihan tersebut.

“Alhamdulillah karena sudah diadakan kegiatan seperti ini, kami yang sering ber-kegiatan di alam tidak menutup kemungkinan bertemu dengan ular. Dengan pengetahuan jenis ular tersebut kita bisa meminimalisir bahaya. Serta jika ter-gigit juga bisa meminimalisir kecelakaan yang lebih berat,” tuturnya.

Ia juga mengharapkan, agar kegiatan ini kembali diadakan oleh Orpala X-PAS Borneo, namun dengan full pada praktek handling ular (cara menangkap), namun dengan pengawasan yang lebih intensif.

“Minimal satu peserta dapat satu trainer agar mendapatkan pendampingan yang ekstra,” pintanya.

Senada dengan Fahmi, Herliyana (20) dari perwakilan Mapala STINAS Banjarmasin mengaku kegiatan tersebut sangat seru dan juga bermanfaat bagi para pecinta alam.

“Memang awalnya terlihat mengerikan, namun ketika dicoba untuk memegang ternyata menyenangkan juga. Hingga saya sudah sedikit berani dengan ular,” pungkasnya. (Mada Al Madani)

Editor: Abadi