Pencucian Jakaya di Gang Penatu Hingga Menjadi Percetakan dan Pedagang Buku

BANJARMASIN,klikkalsel.com – Namanya cukup tersohor di kota Banjarmasin, sebuah jalan kecil yang menghubungkan Jalan Hasanuddin HM dan Jalan Pangeran Samudera.

Jika dari Hasannuddin jalan kecil tersebut diapit bangunan disebelah kiri dan kanannya, sedangkan dari Pangeran Samudera diapit sebuah bangunan dan tempat parkir mobil.

Namanya Gang Penatu, cukup melegenda bagi warga kota khususnya Banjarmasin. Kini dikenal sebagai kawasan percetakan dan penjualan aneka buku, baik buku pendidikan, buku agama , dan buku lainnya.

Namun mungkin banyak warga yang tak mengetahuinnya, kenapa berjuluk Gang Penatu yang cukup dikenal tak hanya di kota Banjarmasin Kalsel, namun juga dikenal hingga diluar seperti Kalteng, Kaltim hingga Kalbar, terutama untuk mencari buku-buku pendidikan.

Klikkalsel menyambingi kediaman salah seorang yang dituakan dikawasan tersebut, Mansyah (67) ia menceritakan, Dulu sekitar tahun 60-an dinamakan Gang Penatu, karena memang awalnya banyak orang mendirikan usaha bergerak di bidang pencucian atau penyetrikaan pakaian yang disebut Penatu.

Dimana awalnya yang dilakoni oleh Liem, warga keturunan Tionghoa yang membuka usaha penatu bernama Jakaya. Dan jika tidak disetrika oleh Liem para pejabat merasa penampilannya kurang mentereng, arti kata mereka harus tampil modis dan parlente.

“Pak Liem seorang penatu yang handal terutama, penatu baju, celana terkhusus lagi stelan jas. Dia menjalankan usahannya didepan Gang penatu tepatnya sekarang yang menjadi bangunan optik kaca mata yang berada dikawasan Jalan Pangeran Samudera,” katannya. Kepada klikkalsel.com Senin, (1/2/2021).

Usaha Liem pada saat itu terbilang maju dan tak dipungkiri memicu warga lainnya menjalankan profesi serupa.

“Sebenarnnya usaha Penatu tersebut sudah ada zaman Belanda, namun Liem cukup dikenal pada zamannya dan hingga berakhir sekitar tahun 1980-an, namun sayangnnya keempat anak Liem yakni, Yu Kim, Yu San, Shie Han dan Shie Lan tidak diteruskan bahkan rumah Penatu Jakaya sudah tak ada lagi,” ucapnya menambahkan.

Riwayat gang Penatu juga diceritakan oleh Abdul Syukur seorang agensi majalah dan koran yang cukup ternama dikawasan tersebut. Sekitar Gang penatu bisa dibilang tidak hanya satu etnis saja akan tetapi banyak pula etnis lain yang memiliki toleransi yang harmoni.

“Gang Penatu yang sekarang tembus ke Pasar Sukaramai, merupakan pemukiman warga yang bercampur etnisnya. Dulu, di kawasan Penatu ini, sedikitnya ada enam kepala keluarga (KK) Tionghoa. Selebihnya, Banjar, keturunan Arab, Jawa, dan sekarang ada orang-orang Madura yang bermukim di sini. Tapi semua rukun,” jelas Abdul Syukur.

Ia juga menuturkan disekitaran Gang Penatu ada Gedung Tjung Hua Tjung Hui itu merupakan kediaman petinggi Belanda dengan rumah kayu ulin.

Lalu, di sebelahnya ada rumah para habaib. Termasuk, ada dokter gigi berkebangsaan Jepang, dr Shogenji, yang kemudian di masa pendudukan menjadi pejabat penting di Banjarmasin.

“Dulunnya disekitar sini ada pula sungai yang tersambung hingga ke Sungai Martapura (Ujung Murung) dan Sungai Belasung. Waktu zaman Belanda dulu, kemudian dibangun gorong-gorong setinggi 1,5 meter. Ya, semacam terowongan, makanya kawasan di sini tak pernah banjir,” ucapnya.

Sebagai salah satu orang yang dituakan Abdul Syukur mengungkapkan di kawasan Gang Penatu juga berdiri berbagai usaha percetakan mesin lama.

Huruf demi huruf disusun untuk membentuk kata dan kalimat yang dicetak di atas kertas. Dari sinilah, akhirnya sebagian warganya beralih ke usaha percetakan, penjual buku hingga menjadi agen distribusi koran.

Ditunjang pula letak lokasinya di pusat kota, perekonomian Gang Penatu pun tumbuh dimana kawasan itu dikepung berbagai pasar yang menjual aneka barang. Ini ditambah, tumbuhnya perkantoran seperti Bank dan perkantoran.

“Ya, sekitar tahun 1980 hingga 1990-an, tak ada lagi yang menggeluti usaha benatu. Tapi, namanya tetap dikenal dengan sebutan Gang Penatu,” tuturnya.

Perkembangan zaman tak bisa dipungkiri teknologi semakin canggih, usaha percetakan memang agak kurang. Kebanyakan kami di sini menggeluti usaha mencetak undangan, kartu nama dan lainnya.

“Tak bisa dipungkiri Gang Penatu salah satu roda ekonomi masyarakat terutama dengan aktifitasnnya,”pungkasnnya.(azka)

Editor : Amran

Tinggalkan Balasan