Parade Sasirangan, Langkah Mengenalkan Budaya Kalimantan Selatan ke Mata Dunia

Parade Kain Sasirangan yang dikenakan sejumlah peserta dengan berjalan kaki dari Kantor Walikota Banjarmasin menuju Siring Menera Pandang.(foto : fachrul/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel- Rangkaian acara Banjarmasin Sasirangan Festival (BSF) 2019, melakukan parade masal sasirangan di darat dan di Sungai Martapura dengan menggunakan jukung hias kain sasirangan.

Ribuan peserta parade berjalan dari Balaikota Banjarmasin dengan mengenakan pakaian sasirangan, serta ada juga yang mengenakan kostum dengan berbagai macam tema sasirangan menyusuri jalan hingga sampai ke Siring Menara Pandang, Jalan Kapt Piere Tendean, Banjarmasin.

Tidak Hanya itu saja, para acil jukung (wanita yang menggunakan perahu kecil) juga ikut memeriahkan dengan membentang kain sepanjang 300 meter yang sudah dibagi pada 65 jukung.

Walikota Banjarmasin, H Ibnu Sina mengatakan bahwa Sasirangan merupakan sebuah kain yang sangat banyak menyimpan budaya sejarah.

Zaman dahulu, kata dia, Sasirangan ini hanya digunakan untuk prosesi pengobatan tetapi tidak bisa sembarangan dibuat.

Kain Sasirangan ini dahulunya hanya sebuah kain pamintaan (pesanan) ketika seseorang ingin melakukan pengobatan, karena konon katanya Sasirangan ini memiliki kekuatan magis yang bisa menyembuhkan penyakit.

“Kain Sasirangan ini merupakan kain peninggalan sejarah Kalimantan Selatan, yang dulunya hanya dibuat ketika ada pamintaan untuk betetamba (pengobatan),” tutur Ibnu Sina, Sabtu (9/3/2019).

Sejumlah Acil Jukung membentang Kain Sasirangan di Sungai Martapura membentuk formasi.(foto : fachrul/klikkalsel)

Kini dengan festival yang digelar ini, ia berharap agar kain peninggalan sejarah ini tidak luntur oleh zaman, dan terus dikembangkan oleh para anak-anak muda khususnya agar sejarah dari kain Sasirangan ini terus terjaga.

Salah satu caranya dengan terus berkarya melalui berbagai macam motif dan corak baru dari Sasirangan, tanpa melupakan motif dasar dari Sasirangan itu sendiri.

“Motif Sasirangan sudah sangat banyak, karena kita juga ingin Sasirangan bisa mendunia, tapi tidak melupakan estetika dari cara pembuatan Sasirangan itu sendiri,” jelasnya.

BSF 2019 ini, kain Sasirangan dengan berbagai macam warna tersebut diparadekan oleh berbagai lapisan masyarakat, dari orang tua, hingga para pelajar agar budaya tersebut terus tumbuh dan berkembang.

Kabid Pariwisata M Khuzaimi mengatakan, bahwa dalam parade ini, dirinya mempersiapkan sebanyak 65 acil jukung yang siap membentang kain Sasirangan yang sudah terbagi untuk setiap jukungnya.

“Sekitar 250 sampai 300 meter Sasirangan kita bentang. Acil jukung ada 65 orang membuat formasi jukung barenteng, sambil membentang kain Sasirangan hingga sampai menara pandang,” ucapnya.

Selain membentang kain Sasirangan tersebut, para peserta parade yang melalui jalur sungai tersebut juga membentuk formasi jukung.(fachrul/adv)

Editor : Alfarabi

Tinggalkan Balasan