Mulai Sakit-sakitan, Maestro Lamut ini Berharap ada Penerusnya

KINI di tangannya ada tasbih untuk berzikir dalam mengisi hari-hari yang dilalui. Dan dirinya tak sekuat dulu lagi bahkan saat bicara pun sudah terbata-bata.
Ia adalah Gusti Jamhar Akbar, seorang Maestro kesenian yang masih mempertahankan lamut, atau yang lebih dikenal dengan Kai Lamut.
Tak hanya itu nampak jelas kerutan di wajahnnya dan suaranya tak lagi kencang saat melantunkan syair-syair Lamut (seni bertutur khas Banjar).
“Kondisi saya sekarang sudah tua dan tak mungkin lama lagi dalam bermain lamut terlebih saya kadang sakit-sakitan,” katanya kepada klikkalsel.com saat ditemui di rumahnya kawasan Gang Mujahid, Kelurahan Alalak Selatan, Banjarmasin, (3/9/2020)

Makanya sudah jarang sekali tampil, dan ia berkeinginan sekali ada penerus dalam kesenian lamut tersebut.
“Dulu pernah beberapa pelajar dan para mahasiswa berlajar lamut, namun sayang sekali tak satupun dari mereka yang meneruskannya,” ucap Kai Lamut.
Pria yang lahir 79 silam ini menceritakan, Lamut di Kalimantan Selatan puncak masa keemasan pada era 1970-an. Dengan berbagai kisah seperti Prabu Awang Salenong dan turunannya Raden Bungsu, Kasan Mandi, Bujang Maluala hingga Prama Syahdan.
“Sejak umur 13 tahun saya banyak tau sejumlah kisah dalam lamut tersebut dimana didapatkannya dari ayahandanya. Dan di usia saya yang tua ini, saya ingin melihat ada beberapa pewaris tradisi kesenian lamut ini, agar tak hilang ditelan waktu,” ucapnya.

Sementara itu, Budayawan Mukhlis Maman mengatakan, Lamut bagaikan hidup segan mati tak mau, lantaran jarangnya tampil di pementasan. Hal tersebut bukan tanpa alasan, kondisi masyarakat sudah beralih pada aktivitas teknologi.
“Sangat disayangkan jika Lamut tak ada lagi dan sampai tidak ada penerusnya, apalagi Paman Jamhar yang merupakan pemain Lamut, saat ini kondisinya sudah tua,” katanya. (azka)
Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan