Menilik Toko Barang Antik di Pasar Sentra Antasari, Jual Barang Tempo Dulu Hingga Bernilai Mistis

Panginangan, adalah tempat khusus untuk Daus Sirih, Kapus, Gambit , Tembakau. Dimana untuk seserahan menyambut tamu di jaman dulu. (foto : azka/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Semakin lama dan langka suatu barang maka akan sulit dicari dan menjadi barang antik. Tentu saja, sebutan barang antik itu memiliki nilai dan harga yang terkadang fantatis.

Sebab, para peminatnya barang antik yang memiliki nilai seni, historis dan unik serta pangsa pasar tersendiri. Dan terkadang para pembeli nekat membeli dengan harga yang tinggi.

Walau di Banjarmasin tak memiliki pasar barang antik khusus, seperti yang terdapat di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta, Yogyakarta atau Surabaya. Namun, pedagang barang antik tetap ada di Banjarmasin.

Salah satunya, Hafi pedagang barang antik di kawasan Pasar Sentra Antasari di Jalan Pangeran Antasari, Banjarmasin.

Terletak di antara toko pedagang lain, di toko barang antik milik Hafi terlihat ratusan koleksi barang lawas atau antik tersusun rapi. Seperti perabot rumah tangga tempo dulu yang terbuat dari kuningan, tembaga.

“Para pembeli tak hanya Kalsel saja, tapi ada juga dari Palangka Raya, Sampit bahkan dari pulau jawa,” katanya, saat berbincang dengan klikkalsel.com, Kamis (31/10/2019)

Menurut dia, di tokonya itu ada berbagai koleksi di antaranya, keramik, penginangan, cupu kecil kuningan, uang koin kuno piring melawen, lampu gantung dan sebagainya. Hingga barang yang memiliki nilai mistis.

Barang tersebut tidak sepenuhnnya milik Nafi. Ada yang minta jualkan dan ada pula yang dibelinya sendiri.

“Sudah puluhan tahun tahun saya menekuni usaha tersebut, dalam satu bulan cukuplah keuntungan yang didapat,” sebutnya.

Tak jauh beda dengan Rusdi yang juga menjual berbagai barang lawas tersebut. Tapi Rusdi lebih banyak menjual seperti tajau atau tempat penampungan air.

Kalau bicara omzet atau keuntungan, kata dia, tegantung trend. “Bisa saja sebulan sampai puluhan juta namun bisa pula hanya ratusan ribu yang didapat,” tuturnya.

Rusdi mengungkapkan, tempat usahanya tersebut hanya menjalankan usaha dari ayahnya.

Dikatakannya pula, keberadaan barang antik memang tak seperti menjual barang biasa, mengingat terkadang ada yang memesan barang yang tidak ada di tempatnya.

Oleh karena itu, ia terpaksa mencari informasi sesuai pesanan di berbagai kolega kenalannya sesama pedagang barang antik tersebut. Misalnya, ada saja pesananya benda antik yang memiliki aura magic.

Ia pun menyarankan, harusnnya ada sebuah pasar khusus barang antik di Banjarmasin. Jadi ketika kolektor mencari bisa menemukan barang icarannya dengan mudah.

“Misal di daerah Rawa Bening, Jatinegara yang menyediakan berbagai barang antik sebagai incaran para kolektor atau penggemar barang antik, Pasar Senin, dan daerah yogya. Tapi kalau di Banjarmasin tak memiliki punya tempat khusus,” ucap dia.

Diketahui, saat ini sekitar 10 sampai 15 kios di kawasan Pasar Antasari menjajakan barang-barang unik, seperti keris, batu dan pusaka lainnya.

“Entah sampai kapan kami bertahan dengan menjual barang-barang tersebut namun semakin antik suatu barang tentunya ada saja kolektor yang mencari,” ucapnnya.(azka)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan