Melalui Serasi, DTPH Siapkan 100 Alat Berat Tingkatkan Produksi Padi 2 Kali Lipat

Panen raya di desa Jejangkit Kabupaten Barito Kuala.(foto : wamen/klikkalsel)

BANJARBARU, klikkalsel – Meningkatkan kesejahteraan para petani, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (DTPH) Kalsel menjalankan program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) dari Pemprov.

Dengan armada alat berat yang mencapai lebih dari 100 unit Ekskavator, DTPH terus berupaya memajukan pertanian khususnya jenis tanaman pangan yang ada di wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel).

Saat ini di Guntung Damar, belakang Bandara Syamsuddin Noor Kota Banjarbaru DTPH menurunkan 5 alat berat untuk membendung dan membuat saluran air, agar lahan gambut yang kekeringan di sana kembali terendam.

Menurut Kepala DTPH Kalsel Syamsir Rahman, rencananya di belakang Bandara akan dilakukan optimalisasi lahan dan memolakan cetak sawah dengan berkolaborasi bersama Dinas Kehutanan dan Dinas Lingkungan Hidup (DLH).

“Kalau sudah cetak sawah nanti kita tinggal atur aliran airnya, dan kemudian untuk lahan gambut yang belum dijamah kita akan usahakan menjadi lahan pertanian,” ujarnya.

Saat ini Pemprov Kalsel masih terus mencari kepemilikan lahan tersebut, jika kepemilikan lahan didapatkan dan bersedia lahannya untuk diolah, DTPH akan memasukan ke program Serasi.

“Program Serasi di tahun 2020, bantuannya berupa pengolahan lahan dan sarana produksi bagi para petani, untuk tanaman di lahan gambut itu yang ditanam tanaman Jeruk dan nanas,” kata Syamsir Rahman.

DTPH telah diberikan mandat oleh Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor untuk berakselerasi bersama dinas terkait, karena provinsi tidak memiliki lokasi lahan, diharapkan Kabupaten/kota yang ada ikut berpartisipasi.

Program Serasi mampu menaikan hasil produksi tanaman pangan, menaikan indeks pertanaman yang biasanya satu kali tanam dalam setahun sekarang bisa menjadi dua kali bahkan lebih.

Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, saat ini cukup mengkhawatirkan. Petani semakin berkurang dan lahan juga semakin hilang, hal tersebut disebabkan kurangnya minat masyarakat menjadi petani.

Generasi muda penerus para petani tidak ingin melanjutkan menjadi petani, sedangkan lahan yang tidak lagi dimanfaatkan akhirnya disewakan, bahkan dijual oleh si pemilik.

Petani dianggap pekerjaan yang tidak menjanjikan, padahal jika dicermati sektor pertanian lah yang mampu bertahan dibandingkan bidang lain pada saat krisis ekonomi dulu.

“Delapan konglomerat di Indonesia, Enam dari sektor pertanian, mereka dari sarjana ekonomi dan hukum beralih menjadi petani, karena menjanjikan,” ujar Syamsir Rahman.

Ia mengungkapkan, petani adalah pekerjaan yang paling mulia, ketika menanam, memanen, dan menjual hasilnya petani tidak memikirkan siapa yang memakan hasil tersebut. Sedangkan ketika petani gagal panen, bagaimana kepedulian masyarakat, itu yang perlu dilihat dan sedikit orang yang peduli terhadap itu.

“Tantangan kita saat ini kenapa bisa tertinggal dari negara Vietnam, Thailand, kita masih ada ekspor. Karena barang kita masih diperdagangkan tidak benar di sektor hilir, sektor produksinya bagus, tetapi sektor hilir yang menjualnya itu yang harus dijaga,” ungkap Syamsir Alam.

Baca Juga : Tim Kemensos RI Berikan Penilaian TKSK Kecamatan Bintang Ara Tabalong

Iklim kemarau panjang sangat berpengaruh bagi sektor pertanian, namun DTPH menyiasati dengan mekanisasi atau penggunaan mesin pompa dan sumur bor.

Awal Januari sampai dengan akhir bulan September 2019, Syamsir Rahman menambahkan sudah mencapai target dari Pemerintah. Panen padi mencapai 1.4 Juta ton dari target 2 Juta ton, sisa waktu Oktober sampai Desember pihaknya optimis akan tercapai.

“Prediksi, Saya yakin sekitar target 2,4 juta ton padi nanti, tidak ada yang tidak bisa sepanjang kita mau dan menanamnya dengan bismillah, kalau tanpa itu ya tunggu hasilnya,” pungkasnya.
(nuha)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan