Religi  

Masih Pandemi, Pernak pernik Imlek Sepi Pembeli

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Meski dibuka sejak jam 7 pagi namun suasana toko penjualan aksesoris Imlek milik Mei Ching tak seramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Dulu, pelanggan bahkan sudah ada yang menunggu sejak toko dibuka untuk mendapatkan pernak pernik upacara keagamaan bagi masyarakat Tionghoa tersebut.

Hal tersebut dikatakan Mei Ching (75) pemilik toko Nirmala berada di Jalan Veteran, Banjarmasin Timur.

Dikatakannya, sejak berdiri 40 tahun silam, dimana toko tersebut hanya berupa kios kecil hingga menjadi toko besar, pengunjung selalu ramai, terlebih menjelang Imlek.

“Namun sekarang, saat wabah Virus Corona toko sepi dari pembeli. Hampir 90 persen keuntungan hilang saat ini, meskipun pagi-pagi toko sudah buka,”katanya Senin (8/2/2021).

Saat sebelum corona melanda, terutama menjelang Imlek, ia mengaku selalu meraup omzet besar.

“Dalam sehari bisa meraup omzet Rp5 juta sampai Rp6 juta,” ucap Mei.

Mei memahami kondisi ini, karena bukan hanya dirinya saja yang terdampak. Apalagi ujarnya saat ini Banua masih berduka, karena hanya baru beberapa saat lalu Banjarmasin dan kabupaten tetangga diterjang banjir parah.

“Biasanya langganan dari luar Banjarmasin, seperti Barabai, Amuntai, Kapuas dan lainnya selalu datang. Tahun ini tidak terlihat. Mungkin mereka juga tertimpa musibah,” tambahnya.

Dikatakannya pula dalam tradisi Imlek, Lampion adalah salah satu barang wajib bagi masyarakat Tionghoa, dimana Lampion adalah simbol penerang kehidupan serta pembawa kebahagiaan.

Ada pula Hio atau dupa dan lilin berbagai ukuran yang ujarnya sebagai perlengkapan sembahyang di kelenteng atau di rumah. Serta yang terakhir adalah amplop yang identik selalu berwarna merah dan dikenal dengan Angpao.

“Imlek terkadang selalu dikaitkan dengan angpao, sebenarnya bukan soal isinya , namun sebagai doa mudah-mudahan si anak lekas besar dan diberi kesehatan,” jelasnya.

Mei juga menuturkan, jika mendekati Imlek tokonya selalu menambah stok bahan penjualan di gudang. Namun tahun ini dia mengaku tak berani.

“Barang yang ada saja belum laku. Yang masih banyak dibeli cuma kertas angpaonya saja, sementara yang lain tidak,” sebutnya.

Ia juga berharap agar kehidupan normal kembali dan tak dihantui ancaman wabah.

“Tahun ini mungkin tak semeriah seperti sebelumnya. Contoh, Kelenteng Soetji Nurani di Jalan Veteran meniadakan atraksi Barongsai yang biasanya menyedot banyak pengunjung,” pungkasnya. (Azka)

Editor: Abadi

Tinggalkan Balasan