BANJARMASIN, klikkalsel.com – Tak banyak yang tahu, di balik megahnya deretan bank dan cafe hits di pusat Kota Banjarmasin, dulu berdiri sebuah kawasan yang dijuluki ‘Rumah Kuning’ (pasar kupu-kupu) yang menjadi tempat terlarang, pernah jadi surga malam kaum pria, sekaligus mimpi kelam para wanita dari desa.
Ini bukan cerita fiksi. Pasar Kupu-Kupu yang kini hanya dikenal sebagai kawasan biasa di sekitar Jalan Bank Rakyat hingga Hutan Kota, pernah menjadi lokalisasi liar terbesar di kota Banjarmasin pada era 1960–1980.
Mansyur, Sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Banjarmasin mengatakan, tempat ini tak tercatat resmi, tapi hidup dengan sangat nyata menyimpan ratusan cerita liar dan misterius.
“Rumah-rumah berwarna mencolok yang kala itu dijuluki Rumah Kuning dulunya dipenuhi perempuan dari desa Pandahan, Parigi, hingga Hulu Sungai. Mereka dikenal sebagai Gandut, wanita penghibur yang tak hanya menjual tubuh, tapi juga nyanyian, pantun, dan rayuan malam,” ungkapnya, Minggu (18/5/2025).
Baca Juga Kegiatan Meramu Kisah, Upaya Bangkitkan Ekonomi Kreatif di Banjarmasin
Baca Juga Sejarah Kelam Pelacuran di Banjarmasin Era 1960-an
Menurutnya, banyak wanita muda kala itu memilih jalan ini karena terjebak kemiskinan dan putus sekolah. Mereka dikendalikan oleh germo, sebagian tinggal tetap, sebagian lagi hanya muncul saat malam menyapa kota.
“Lebih mengejutkan lagi, catatan Ramli Nawawi (1986) menyebut seorang pria tua yang mengaku rutin ‘berkunjung’ ke sana sejak muda. Ia menyebut, di bawah Jembatan Dewi (kini Jembatan Jenderal Ahmad Yani), hingga ke Jalan Pos dan Kertak Baru, puluhan rumah pelacuran liar tumbuh tanpa tersentuh hukum,” tuturnya.
Kini, semua itu telah sirna. Tak ada lagi jejak jelas. Lokasinya sudah menjadi bangunan modern, kafe-kafe instagramable, dan pusat bisnis.
“Tapi bagi mereka yang tahu sejarahnya, setiap langkah di kawasan itu menyimpan bisikan masa lalu yang nyaris terlupakan,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi