MARTAPURA, klikkalsel com – Fitri (14), siswi kelas 7 di SMPN 1 Sungai Tabuk, kini menjadi sorotan publik setelah kisahnya viral di media sosial. Hidup seorang diri di rumah sederhana di RT 03, Desa Sungai Tabuk Keramat, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, perjuangan Fitri menyentuh banyak hati.
Sejak dua tahun terakhir, Fitri menjalani hidup tanpa kehadiran datunya yang selama ini merawatnya karena telah meninggal dunia. Meski rumahnya bersebelahan dengan keluarga lain, kehidupannya penuh keterbatasan.
Untuk makan sehari-hari, ia mengandalkan bantuan dari tetangga dan kerabat sekitar. Namun, di balik kesederhanaannya, Fitri tetap bersemangat menempuh pendidikan demi masa depan yang lebih baik.
Setelah ceritanya menyebar luas, bantuan pun datang dari berbagai pihak, baik dari masyarakat umum maupun pemerintah daerah. Banyak yang tergerak untuk membantunya, mulai dari kebutuhan harian hingga biaya sekolah.
Meski sempat ada tawaran untuk tinggal di panti asuhan, Fitri menolak dengan alasan sudah merasa nyaman di lingkungannya saat ini.
Baca Juga Kisah Jamaah Haul Guru Sekumpul ke-20, Ada yang Sudah Berencana Sejak Idul Fitri Tahun Lalu
“Sudah nyaman tinggal disini,” alasan remaja yang ingin menjadi pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka), Kamis (13/3/2025).
Disamping itu, Fajrin, seorang relawan dari Dinas Sosial yang tinggal tak jauh dari rumah Fitri, membenarkan bahwa gadis itu telah hidup sendiri sejak datunya meninggal.
Namun, ia meluruskan kabar yang menyebut Fitri sebagai anak yatim piatu atau terlantar.
“Ibunya masih ada, hanya saja tidak tinggal bersamanya karena sudah menikah lagi,” jelas Fajrin.
Menurutnya, meski Fitri hidup sendiri, ada keluarga jauh yang masih memperhatikan kondisinya. Bahkan rumah tempat tinggalnya saat ini adalah hasil bantuan dari kerabatnya.
“Ibunya jarang menjenguk, bisa dalam setahun sama sekali tidak datang. Mungkin faktor ekonomi juga menjadi alasan mereka tidak bisa membawanya,” tambahnya.
Meski hidup dalam kondisi sulit, Fitri tetap semangat bersekolah. Setiap Jumat, ada orang baik yang rutin memberinya uang saku untuk keperluan sekolah.
“Bantuan itu sudah ada sejak datunya masih hidup hingga sekarang. Termasuk tempat tinggalnya dibangunkan oleh orang itu yang masih termasuk keluarga jauh,” imbuhnya.
Ditanya mengenai orangtua Fitri, Setahu Fajrin, orangtua sangat jarang menjenguk anaknya tersebut bahkan dalam satu tahun bisa tidak pernah ada sama sekali.
“Setahun sekali bahkan bisa tidak sama sekali datang menjenguk,” pungkasnya. (airlangga)
Ediror: Abadi