Kementan RI Bangunkan ‘Raksasa Tidur’ Melalui Program Serasi, Kalsel Masuk Prioritas

Kepala Dirjen PSP Kementan RI Sarwo Edhy dan Kepala Balitbangtan Kementan RI Fadjry Djufry mengoperasikan teknologi alat mesin pertanian (alsintan) di lahan Serasi Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala.

MARABAHAN, klikkalsel – Kurang Lebih 2.000 petani melakukan panen perdana padi bersama Dirjen PSP Kementan (Kementerian Pertanian) RI Sarwo Edhy dan Kepala Balitbangtan Kementan RI Fadjry Djufry, di lokasi Demfarm dan Superimposed di desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Kalimantan Selatan (Kalsel), Rabu (6/11/2019).

Panen ini berlangsung di persawahan dengan luas kurang lebih 60 ribu hektar, hasil garapan pelaksanaan HPS (Hari Pangan Sedunia) ke-38 tahun 2018 lalu. Kedatangan jajaran Kementan tersebut dalam rangka mendukung Program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) Tahun Anggaran 2019.

Adapun dukungan yang dilaksanakan melalui kegiatan demfarm atau ‘demonstrasi farming’ yaitu metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan secara nyata cara atau hasil penerapan suatu inovasi teknologi padi yang telah teruji dan menguntungkan bagi petani yang dilaksanakan oleh poktan, dengan luasan 1-5 ha. Juga dilakukan superimposed serta bimbingan dan pendampingan teknis.

Untuk kegiatan tersebut meliputi yang diantaranya pengelolaan lahan dan air untuk pengembangan sistem usaha pertanian. Pengembangan budidaya padi, budidaya sayuran hingga budidaya itik dan ikan. Selain itu, petani juga diberi pengarahan terkait, penerapan mekanisasi pra dan pasca panen, serta penguatan kelembagaan petani dan pengembangan pertanian korporasi.

Jajaran Kementan RI juga melakukan temu wicara dengan tema Implementasi Teknologi Pengelolaan Lahan Rawa bersama petani dan penyuluh. Kemudian juga dilakukan peninjauan budidaya padi dan pengendalian hama penyakit, budidaya itik, budidaya ikan, rekomendasi pemupukan dan pengapuran, serta dilakukan operasional alsintan di hadapan para petani.

Kepala Dirjen PSP Sarwo Edhy mengatakan, Indonesia mempunyai raksasa tidur rawa lebak sekitar 34 juta hektare. Berdasarkan hasil penelitian dari ahli tanah, lahan tersebut bisa dijadikan sebagai lahan pertanian produktif sekitar 10 juta hektar dan berkembang menjadi 17 juta hektare.

Dalam Program Serasi 2019, Sarwo Edhy menerangkan, pemerintah membuat team area atau proyek percontohan sekitar 500 ribu hektare yang awalnya di tiga provinsi, yaitu Provinsi Kalsel 200.000 hektar, Sumsel 250.000 hektare dan Sulsel 50.000 hektare.

Sebutnya, setelah validasi terakhir (hasil CPCL), lahan yang sudah diinventarisasi dan dihimpun Sumsel hanya mampu sekitar 200.000 hektar, Kalsel 120.000 hektar dan Sulsel 333.200 hektare.

Untuk Kekurangannya sendiri, ditawarkan ke provinsi lain dan dialokasikan ke Kalteng 25.000 hektar dan Lampung 25.600 hektar, sehingga tetap 500.000 hektar sebagai pilot project percontohan untuk 2019.

Khusus di Kalsel, Sarwo Edhy menuturkan, dalam perkembangannya di lokasi pertanian rawa lebak di Jejangkit ini merupakan demplot/dempa/dem area yang dilakukan Balitbangtan Pusat. Guna meningkatkan IP (Indeks Pertanaman) yang semula hanya panen satu kali setahun bisa mencapai 2 kali bahkan 3 kali.

Terkait produktivitas, Sarwo Edy menjabarkan awalnya menghasilkan hanya sekitar 1,5 – 2 ton padi per hektar. Kini setelah adanya program optimalisasi lahan rawa bisa meningkat di atas 5 ton per hektar melalui sentuhan-sentuhan teknologi dengan memberikan benih padi unggul bersertifikat.

“Tujuan lain nya untuk meningkatkan produktivitas per hektar, mencoba normalisasi saluran dengan pembuatan tanggul, pintu air, membuat box bagi agar pirit tidak naik, membuat saluran-saluran tersier, saluran kwartir, dan hasilnya sudah bisa dilihat dan dirasakan seperti yang berlangsung sekarang,” ungkapnya.

Sementara, Kepala Balitbangtan Kementan RI Fadjry Djufry mengatakan, dukungan inovasi dan teknologi dalam program Serasi sudah sangat maju. Menurutnya, persoalan utama pengembangan pertanian di lahan rawa bukan soal teknologi, namun tenaga kerja dan kelembagaan yang masih perlu dicarikan solusi.

Saat ini, telah 300 hektare lahan telah dibuka dari target 500 hektar Program Serasi tahun 2019. Fadjry menambahkan, semua teknologi yang dibutuhkan sudah disiapkan Balitbangtan, mulai penataan lahan, pengelolaan air, pengolahan tanah, pupuk hayati hingga drone untuk menebar benih, Balitbangtan sudah punya semua untuk memfasilitasi petani.

Bahkan, lanjut dia, Balitbangtan sudah punya traktor rawa yang bekerja secara autonomous yang digunakan untuk mengolah lahan basah seperti rawa. Lebih jauh Fadjry mengatakan, Balingbangtan juga mengembangkan alat mesin panen padi terintegrasi dengan olah tanah yang mampu melakukan dua tahap pekerjaan sekaligus yaitu panen sekaligus olah tanah dengan rotary dalam satu proses operasional.

Dengan demikian, alat dan mesin mampu mempercepat dan mengurangi pekerjaan olah tanah, memutus siklus perkembangan OPT padi dan mengkondisikan sanitasi lingkungan pasca panen yang baik.

Pengoperasian drone untuk menebar benih padi di lahan Serasi, Desa Jejangkit Muara, Kabupaten Barito Kuala. (foto : rizqon/klikkalsel).

Sedangkan prinsip desain tata kelola air di lahan rawa, sebut dia lagi, dapat mengatasi sejumlah kendala seperti dapat mengatasi kekurangan air segar (air baku pertanian) pada saat kemarau.

Selain itu, tegas dia, mampu membuang kelebihan air pada saat hujan, mampu memproteksi alahan dari genangan banjir pada saat musim hujan dan secara operasional bisa melakukan sirkulasi untuk mengatasi masalah kualitas air.

Sementara yang sudah dilakukan Kementan RI, beber dia, antara lain survey investigasi dan desigh (SID) sederhana, rehabilitasi jaringan irigasi, memberikan bantuan alsintan pra dan pasca panen.

“Juga terdapat bantuan saprodi (benih, pupuk, dolomit, herbisida), integrasi budidaya hortikultura, ternak, ikan, pengembangan usaha melalui kelompok usaha bersama (KUB) dan melibatkan petani milenial,” ungkapnya.

Sementara itu, dalam kegiatan Panen Perdana Padi bersama Menteri Pertanian RI di Lokasi Demfarm Serasi (eks lahan HPS ke 38 tahun 2018), turut diikuti jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kalsel.

Diantaranya Kepala Dinas Pertanian dan Kepala Bapelitbangtan Provinsi Kalsel, Bupati Batola Hj Noormiliyani AS diwakili Staf Ahli Bidang Pemerintahan Suyud Sugiono, Asisten Bidang Administrasi Ahmad Mawarni, Dandim 1005 Marabahan Letkol Kav Sugianto SE, Kadistan TPH Batola Murniati beserta jajaran, Camat Jejangkit beserta jajaran, para kades dan berbagai lapisan masyarakat berasal dari kegiatan yang dilaksanakan Bapelitbangtan Kementan RI. (rizqon)

Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan