Insiden Persekusi Mahasiswa Papua, Kelompok Cipayung Plus Banjarmasin Bersama IMP Kalsel Nyatakan Sikap, Begini Isinya

Diskusi Publik oleh Cipayung Plus Kota Banjarmasin bersama Ikatan Mahasiswa Papua Kalsel. (foto : nuha/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Kelompok Cipayung Plus Banjarmasin bersama Ikatan Mahasiswa Papua Kalimantan Selatan (Kalsel) mengadakan diskusi publik bertema “Merawat Persatuan Dalam Bingkai Kebhinekaan” di Angkringan Fascho, Jalan Adiyaksa Banjarmasin Utara, sabtu (24/8/2019) malam.

Itu menyusul insiden pengepungan asrama Mahasiswa Papua yang terjadi di Surabaya, Jawa Timur pada 17 Agustus 2019. Namun itu memberikan luka mendalam bagi bangsa Indonesia, karena dirusak dengan aksi diskriminasi dan persekusi yang dilakukan kepada saudara se tanah air di asrama Papua.

Cipayung plus merupakan forum komunikasi dan kerjasama antar beberapa organisasi mahasiswa yaitu HMI, GMNI, PMKRI, GAMKI, GMKI, IMM, PMII, HIMABUDHI (OKP Budha), KMHDI (OKP Hindu)

Dalam diskusi tersebut para organisasi mahasiswa merasa kecewa dan sakit hati atas kejadian yang menciderai Kebhinekaan bangsa. Namun demikian sangat disesalkan demo itu juga membuat kerusakan bangunan milik pemerintah oleh oknum yang tidak bertanggung jawab.

Menurut pandangan para mahasiswa, hukum saat ini lebih memilih dan condong kepada mayoritas dari pada minoritas, dengan demikian hal itu merupakan pekerjaan rumah bagi pemerintah.

Prinsipnya, kata Ronald Hefri, diskusi ini agar memiliki pandangan bersama bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang besar di usia 74 tahun, dan diharapkan mampu menjaga keutuhan berbangsa dan bernegara terutama dalam hal ini para pemuda.

“Sangat senang dengan adanya acara ini, merasa dihargai. Awalnya kami merasa dikucilkan disini, namun dengan adanya insiden itu banyak yang datang untuk melindungi kami,” ucap perwakilan Ikatan Mahasiswa Papua (IMP) Kalsel, Ronald Jefri Urbon.

Sementara Sekretaris IMP Banjarmasin, Muhazir Fanani mengungkapkan, persatuan bangsa ini terus menerus akan ada oknum yang ingin memecah belahnya, sehingga Banjarmasin diharapkan menjadi barometer bagi yang lain agar mampu memaksimalkan rasa persatuan dan kesatuan tersebut.

“Harapan dari kita persatuan dan kesatuan Indonesia ini tetap utuh dan terjaga agar warisan leluhur para pejuang kita tidak sia-sia memerdekakan bangsa,” tutur Muhazir.

Dengan berakhirnya diskusi publik tersebut, Kelompok Cipayung Plus Banjarmasin bersama Ikatan Mahasiswa Papua Kalsel menyatakan sikap yang berisi,

1. Menuntut pihak aparat kepolisian Kota Surabaya untuk melakukan proses secara serius terhadap pelaku provokasi pengepungan Asrama Mahasiswa Papua.

2. Meminta kepada seluruh pihak agar tidak melakukan tindakan serupa yang berujung pada perpecahan dan persatuan bangsa.

3. Meminta kepastian kepada seluruh elemen pemerintahan terkhusus di Kota Banjarmasin agar dapat memastikan perlindungan kepada seluruh masyarakat kedaerahan yang bertempat di Kota Banjarmasin sesuai dengan amanat undang-undang.

4. Mengajak seluruh tokoh, kelompok, dan elemen masyarakat agar bersama-sama menggaungkan nilai persatuan dan berperan serta dalam menjaga ketertiban di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
(nuha)

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan