Ini Kata Psikolog Tentang Kekerasan Seksual Anak oleh Keluarga Dekat dan Tips Mencegahnya!

Ilustrasi pelecehan seksual kepada anak oleh keluarga dekat (internet)

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Belum lama ini Kota Banjarmasin kembali dihebohkan dengan adanya dugaan kasus seorang ayah tega menyetubuhi anak kandungnya yang masih berusia 12 tahun.

Kasus pemerkosaan anak oleh keluarga atau lingkaran terdekat anak tidak baru kali ini saja terjadi. Sekitar tahun 2021 kasus serupa juga terjadi di Banjarmasin, bahkan sang ayah sempat membiarkan anaknya disetubuhi orang lain.

Menanggapi adanya perilaku penyimpangan sosial itu, klikkalsel.com mencoba mempertanyakannya kepada seorang Pisikolog untuk mengetahui latar belakang atau penyebab hal tersebut bisa terjadi.

Dijelaskan Psikolog dari RSUD Ansari Saleh, Melinda Bahri,S.Psi., semua kasus pemerkosaan atau pelecehan seksual didasari oleh banyak faktor. Mulai dari faktor ekonomi, pola asuh orangtua seperti adanya kekerasan, mengabaikan, otoriter, yang membentuk kepribadian anak menjadi tidak matang.

“Kasus pemerkosaan dan pelecehan seksual, juga disumbang oleh minimnya seks edukasi yang dimiliki anak,” kata Melinda Bahri, Selasa (28/6/2022).

Karenanya perlu dilakukan psikoedukasi kepada orangtua bagaimana memberikan pengetahuan kepada anak tentang bagaimana menjaga diri.

“Sex education pada anak, agar anak memahami bagian-bagian tubuhnya yang perlu dilindungi dan apa yang harus dilakukan saat ada orang memaksa atau melakukan tindakan yang dilarang,” ujarnya.

Menurutnya, penyebab pelaku kekerasan seksual pada anak juga dapat terjadi karena pengaruh lingkungan dan kebiasaan negatif yang sangat merugikan.

Baca Juga : Bejat! Seorang Pria di Banjarmasin Tega Setubuhi Anak Kandung

Baca Juga : Motif Dugaan Kekerasan Anak di Bawah Umur di Tabalong, Ternyata Pelaku Ingin Lecehkan Korban

“Misalnya kecanduan pornografi, miras, narkotika, serta memiliki pengalaman masa lalu sebagai korban kekerasan seksual atau bisa juga karena masalah orientasi seksual yang tidak wajar,” jelasnya.

“Namun, hal tersebut tergantung pada dorongan seksual masing-masing individu,” sambungnya.

Dorongan seksual individu itu, kata Melinda Bahri, ada yang sangat tinggi sehingga akan sulit untuk dikendalikan dan kiranya perlu mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut dari tenaga profesional.

“Hal ini berkaitan dengan masalah psikologis dan perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dari tenaga profesional,” tuturnya.

Sementara, untuk mencegah terjadinya hal tersebut haruslah dibuat pengetahuan untuk mengawas diri tentang seks edukasi oleh orangtua, khususnya ibu kepada anaknya.

Ajarkan kepada anak, bahwa siapapun itu (selain ibu), jika mereka menyentuh bagian tubuh yang tertutup seperti pakaian dalam, maka anak harus menolak dengan tegas.

Jika kondisi ekonomi memungkinkan, sebaiknya membiasakan anak tidur di kamar sendiri mulai dari kecil. Sehingga mereka tidak akan melihat hal-hal yang sebaiknya tidak dilihat, seperti kemesraan intim kedua orang tuanya. (airlangga)

Editor: Abadi