Hanya Dua Daerah dan Orang Tua Ikut Lomba Bagasing

Para peserta lomba balogo dan bagasing nampak berkonsentasi penuh untuk memenangkan lomba di siring Nol Km. (foto : syarif wamen/klikkalsel)

BANJARMASIN, klikkalsel – Permainan  olahraga tradisional sulit dipisahkan dari keseharian warga Banua Kalimantan, khususnya Kalsel. Namun, permainan itu sekarang terbilang minim diminati generasi muda.

Buktinya, hanya para orang dewasa tetap melakoninya, demi mempertahankan permainan budaya suku Banjar dan berlomba Dalam Festival Budaya menyambut puncak peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) Ke XXI di Kalsel.

Lomba itu digelar Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Disbudpar) Kalsel menggelar lomba balogo dan Bagasing di Siring Nol KM Jalan Jendaral Sudirman Banjarmasin, Jum’at (5/7/2019).

Ironisnya lomba bagasing hanya diikuti 2 daerah, yaitu Kota Banjarmasin dan Kabupaten Barito Kuala, dengan 6 regu perserta. Sedangkan lomba balogo, lengkap diikuti 13 kabupaten/kota di provinsi ini.

“Iya hanya dua daerah yang ikut, karena waktunya mepet,” ucap salah satu panita acara, kepada awak media.

Dari pantauan Klikkalsel.com, perserta lomba begasing rata-rata berusia di atas 40 tahun, bahkan ada satu orang kakek yang ikut serta. Sementara peserta lomba balogo, sebagiannya diikuti usia remaja.

Jarkasi, salah satu perserta loma bagasing membenarkan permainan tradisional ini mulai redup. Menurutnya, perlu perhatian pemerintah dan tokoh budaya di masyarakat agar permainan tersebut tetap bertahan di era modern sekarang.

“Aku mulai serius main begasing, waktu umur 25 tahun, saat itu tahun1985 ada banyak lomba. Sekarang pembinaannya kurang, karena permainan ini cukup sulit perlu kepiawaian,” ucap laki-laki berusia 58 tahun, asal Marabahan Kabupaten Barito Kuala.

Sementara itu, Kepala Disbudpar Kalsel Dahnial Kifli tak menampik peminat permainan tradisional tak begitu banyak. Kendati demikian, pemerintah akan terus berbenah serta rutin menggelar even kebudayaan, guna lebih dikenal masyakarat luas.

“Seperti keinginan Gubernur Kalsel Paman Birin (H. Sahbirin Noor),  kita akan terus bergerak melestariakn kebudayaan daerah. Mungkin ke depan akan kita gelar even serupa dan perserta se Kalimantan,” terangnya.

Untuk diketahui, bagasing merupakan permainan yang dilakukan menggunakan alat berupa gasing dan tali penarik untuk berputar.

Gasing terbuat dari sebongkah kayu berbentuk lonjong (simetris radial) dengan diameter sekitar 10-15 centimeter. Tinggi sebuah gasing adalah sekitar 15-20 centimeter dengan salah satu ujung dibuat lancip dan memiliki permukaan yang licin.

Pada ujungnya, dipasang bahan logam sebagai poros putaran – biasanya menggunakan paku. Jenis kayu yang biasa digunakan antara lain kayu, mahoni dan ulin.

Sementara, tali penariknya cukup kuat terbuat dari sutra daun nana, berdiameter sekitar 0,5 centimeter dengan panjang 1-1,5 meter. Tali dililitkan ke gasing pada bagian ujung atas. Kemudian ujung tali lainnya, dikaitkan ke jari pemain.

Cara bermain gasing dilemparkan ke bawah seperti membanting sesuatu, sehingga tali yang melilitnya membuat gasing tersebut berputar. Sebuah gasing dapat berputar sekitar 2-5 menit.

Area permainan yang digunakan berupa dua buah lingkaran. Lingkaran dalam berdiameter 1 meter sementara lingkaran luar berdiameter 5 meter. Setiap lingkaran memiliki nilai yang berbeda.

Melempar gasing. (foto : rizqon/klikkalsel)

Begasing dilombakan secara berpasangan atau satu-lawan-satu. Kedua pemain harus berusaha agar gasingnya berputar selama mungkin dan tetap berada di area permainan.

Dalam beberapa babak, para pemain gasing secara bergantian akan berusaha menjatuhkan gasing milik lawan. Gasing yang terlempar keluar dari area permainan atau lebih dulu berhenti berputar dinyatakan kalah. Poin akan diberikan pada pemain yang berhasil mengeluarkan gasing lawan atau gasingnya mampu berputar paling lama.

Editor : Farid

Tinggalkan Balasan