BANJARMASIN, klikkalsel.com – Proses Pemilihan Rektor Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari (MAB) periode 2021-2025, dinilai Muhammad Uhaib As’ad banyak didapati kelemahan juga ditemukan sederet kejanggalan.
Uhaib As’ad salah satu dosen senior Fisip Uniska yang juga mengatakan atas hal itu. Menurutnya jadwal tahapan penetapan Rektor Uniska 2021-2025 yang seharusnya pada 10 April lalu terpaksa harus ditunda.
Saat ini Uniska sudah menjadi konsumsi publik di tengah masyarakat Kalimantan Selatan oleh karenanya banyak yang menaruh prihatian kepada Kampus Islam swasta terbesar tersebut.
“Bahkan Uniska ini sudah merambat ke daerah luar pulau Kalimantan, bahwa nama Universitas yang mengusung nama besar tokoh ulama Muhammad Arsyad Al Banjari sedang dirundung oleh masalah yang saya anggap serius,” kata Uhaib As’ad, Minggu (25/4/2021).
Ia mengibaratkan, Uniska saat ini seperti benang kusut yang sulit diurai, karena Uniska saat ini banyak didapati keterlibatan aktor yang bermain pada ranah kepentingan.
“Jadi saya rasa yayasan itu seharusnya sudah berperan sebagai katalisator yang tidak berpihak salah satu calon kandidat Rektor,” ujarnya.
Baca Juga : https://klikkalsel.com/pemilihan-rektor-uniska-di-hujani-sederet-konflik-abdul-malik-enggan-berkomentar/
Hal tersebut diungkapkannya karena saat ini dari pengamatannya terdapat keberpihakan yayasan ke salah satu calon yang menimbulkan kesan untuk memaksakan kehendak terpilihnya salah satu kandidat.
“Padahal diketahui saat ini masih ada tahapan investigasi karena terdapat ada salah satu calon yang cacat administratif kepegawaian,” imbuhnya.
Tim investigasi yang dibentuk oleh senat itu bertujuan untuk mencari kebenaran tentang laporan atau kebenaran (klarifikasi) tentang dugaan kejanggalan administratif kepegawaian terhadap salah satu calon rektor.
Namun disayangkan Tim tersebut dianggap ilegal oleh salah satu kandidat, sehingga tim investigasi tidak bisa melakukan tugasnya.
“Tim yang bertugas mencari fakta sebenarnya tidak bisa menemui salah satu kandidat sebab selalu menghindar,” imbuhnya.
Uhaib menegaskan, hal tersebut penting untuk di klarifikasi karena menurutnya seorang rektor merupakan sebuah simbol Universitas.
“Bagaimana mungkin sebuah Universitas yang berbasis Islam itu akan berbicara transparansi dan akuntabilitas sementara rektornya sendiri masih bermasalah administratif kepegawaian, itu lah guna Tim investigasi untuk mengungkap dan memperjelas fakta tersebut benar atau tidak,” tegasnya.
Sementara itu, dalam situasi saat ini sangat sulit menemukan sepemahaman kedua kandidat ditambah yayasan juga tidak bisa memfasilitasi pertemuan keduanya.
“Bahkan sudah berkali kali penetapan rektor tahun ini gagal terus,” ujarnya.
Jika sampai tanggal 28 April masa jabatan Rektor sebelumnya sudah habis, secara otomatis menurut hukum ilmu Administrasi Negara maka yang akan menjabat penanggung jawab pelaksana jabatan adalah wakil rektor 1.
“Itu tidak bisa dibantah menurut administrasi dan statuta yang ada di Uniska,” jelasnya.
Namun, apabila sampai 28 April juga tidak ditetapkan bisa saja terjadi rekonsiliasi di tengah transisi demokrasi Uniska dan masing masih pihak didalamnya membagun argumentasi maka Uniska akan mengalami kevakuman kepemimpinan sulit diprediksi.
“Bisa saja cerita ini akan berakhir di pengadilan,” tuturnya.
Ditambah temuan-temuan yang didapat oleh tim investigasi menemukan terdapat indikasi malpraktek administratif kepegawaian dari salah satu kandidat.
Kendari demikian, Uhaib meminta yayasan bisa mengambil peran yang bijaksana duga harus merespon situasi dan dinamika kedua kubu pasangan calon.
“Harus balanced tidak boleh memihak antara satu dengan yang lain,” harapnya.
Ia juga kembali menegaskan, hal tersebut diungkapkan bukan maksud ada kepentingan “tapi sebagai bentuk kepedulian terhadap Uniska,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Amran