20 Lebih ASN Pemko Banjarmasin Berstatus RDT Reaktif, Tunggu Hasil Swab

Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin, dr Machli Riyadi. (foto : fachrul/klikkalsel)
BANJARMASIN, klikkalsel.com – Lebih dari 20 ASN yang ada di seluruh SKPD lingkup Pemko Banjarmasin yang memiliki hasil pemeriksaan Rapid Diagnostic Test (RDT) Reaktif, namun hingga sampai saat ini hasil pemeriksaan swab nya belum diketahui.
Alasan belum diketahuinya hasil pemeriksaan swab tersebut disampaikan Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Banjarmasin, Dr Machli Riyadi, dikarenakan masih dalam antrian pemeriksaan laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR) yang berada di Banjarbaru.
Baca Juga : Hasil Rapid Test Masal di Pasar Antasari, 46 Pedagang Reaktif
Ia juga menyampaikan bahwa saat ini yang menjadi skala prioritas di Laboratorium Balai Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (BTIKP) Banjarbaru tersebut adalah orang yang meninggal dengan indikasi Covid-19.
“Di BTIKP Banjarbaru itu memprioritaskan orang-orang yang meninggal terlebih dahulu, dan itu kan se Kalsel yang dilayaani, juga pemeriksaan PCR itu di Kalsel hanya 1 di Banjarbaru itu,” ucap Machli, Kamis (14/5/2020)
Lebih dari 20 ASN tersebut disampaikan Machli bahwa keseluruhan sudah dilakukan pemeriksaan Swab namun hingga sampai saat ini hasilnya belum ada dikarenakan bukan skala prioritas tadi.
Menurutnya kemungkinan hasil swab untuk lebih dari 20 ASN tersebut akan diketahui minggu depan. “Di swab sudah tapi hasilnya belum ada, hasilnya minggu depan,” jelasnya.
Sementara itu dengan adanya lebih dari 20 RDT reaktif ini, di Pemko Banjarmasin, masih terdapat banyak ASN nya yang belum dilakukan pemeriksaan RDT.
Ia juga membeberkan alasan kenapa masih banyak ASN yang tidak dilakukan pemeriksaan RDT karena menurutnya, ASN tersebut bukan merupakan skala prioritas yang harus dilakukan pemeriksaan RDT.
“Maish banyak di ASN di Seluruh SKPD yang belum di rapid tes, karena itu juga bukan skala prioritas. Prioritas kita mendahulukan tenaga kesehatan itu yang nomor satu karena bersentuhan dengan pasien setiap hari, kemudian Orang Tanpa Gejala (OTG),” cetusnya.
“Jadi rapid tes itu kita harus berdasarkan tracing, tidak asal permintaan dan apa dasar melakukan rapid itu, adakah kontak erat dengan orang yang terkonfirmasi, kalau tidak ada buat apa melakukan rapid tes, lain halnya kalau alat rapid tes nya banyak, tidak masalah kita, nah untuk saat ini kan kita terbatas, jadi yang mana skala prioritas itu yang kita dahulukan,” pungkasnya. (fachrul)
Editor : Akhmad

Tinggalkan Balasan