BANJARMASIN, klikkalsel.com – Maraknya pemberitaan bohong alias hoaks membuat KPU dan Bawaslu Kalsel melakukan sosialisasi maupun literasi politik ke pemilih pemula.
Kali ini pelaksanaan sosialisasi yang bertajuk Gerakan Cerdas Memilih tersebut dilaksanakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari Banjarmasin.
Dalam pelaksanaan sosialisasi tersebut, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kalsel, menggandeng pengamat atau akademisi pendidikan.
Ketua KPU Kalsel, Andi Tenri Sompa, meminta agar para pemilih pemula tidak mudah terpancing atau terprovokasi dengan maraknya unggahan yang berisi hoaks.
“Pemilih pemula menurutnya mesti cerdas dan kritis melihat informasi,” ujarnya, kemarin (20/7).
Ia juga meminta agar pemilih pemula bisa mengidentifikasi informasi yang beredar, dan jangan enggan untuk melalukan pengecekan, dari mana datangnya informasi yang beredar itu.
“Kalau arah judulnya menghasut atau menjelekkan, itu sudah ada indikasi hoaks. Kalau ada hal seperti itu, mereka harus menyaring informasi itu,” pesannya.
Baca Juga : KPU Verifikasi Kembali Dokumen Perbaikan 6 Bakal Calon DPD RI Dapil Kalsel
Baca Juga : 6 Bakal Calon Senator Banua Diberi Deadline Waktu Perbaikan Admistrasi, KPU Kalsel: Ini Sebagai Syarat!
“Apakah berasal dari situs yang resmi atau tidak. Apakah berasal dari akun bodong yang digunakan oknum atau orang-orang tertentu, untuk menyebarkan hoaks,” tambahnya.
Terlebih menurutnya saat ini unggahan berisikan hoaks sangat berpengaruh pada pemilih pemula. Unggahan tersebut dikhawatirkan bisa mencuci otak pemilih pemula.
Pasalnya apabila diverifikasi dengan benar, saat ini jumlah pengguna internet secara nasional lebih besar dibandingkan dengan jumlah daftar pemilih tetap (DPT) di Indonesia.
“Ada 204,8 juta pemilih. Sedangkan menurut survei, pengguna internet di Indonesia ada sebanyak 215,63 juta,” tekannya.
“Kami menginginkan para pemilih, bisa mengetahui calon yang mereka pilih sudah tepat. Bukan dipengaruhi oleh kampanye hitam atau informasi bohong,” sambungnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Reja Pahlevi mengatakan, keseharian pemilih pemula erat kaitannya dengan penggunaan gadget.
“Banjir informasi itu di gadget,” ujarnya.
Pasalnya pemilih pemula, kerap menjadi sasaran berita hoaks, hingga informasi berisi ujaran kebencian. Salah satu faktor, lantaran pemilih pemula tidak memiliki wawasan politik yang cukup.
“Ini yang sangat patut diwasapadai. Kami di akademisi tentunya di perkuliahan, juga menyarankan bagaimana cara menelaah sebuah pemberitaan,” tekannya.
“Informasi hoaks hingga ujaran kebencian, membentuk mindset yang buruk atau tidak benar,” pungkasnya.(fachrul)
Editor : Amran