Religi  

Haul 56 KH. Sya’rani Arif, Habib Novel Pinta Jemaah Jadikan Anak Menjadi Ulama Besar Seperti Almarhum

MARTAPURA, klikkalsel.com – Haul KH Sya’rani Arif ke- 56 yang berlangsung di Desa Melayu Tengah, Martapura Timur dihadiri ribuan jemaah, Selasa (19/11/2024) malam.

Haul ulama Muhadits asal Kota Serambi Makkah ini diawali dengan salat Magrib berjamaah, dilanjut dengan pembacaan Kitab Hadits Hidayatuz Zaman Min Ahaditsi AKhiriz Zaman susunan Syekh Muhammad Sya’rani Arif Al Banjari yang dibacakan oleh Habib Husein Bin Alwi Bin Agil, hingga waktu Shalat Isya.

Selepas melaksanakan Salat Isya berjamaah, peringatan haul KH. Sya’rani Arif kemudian dilanjutkan membaca Surah Yasin, Tahlil dan doa, hingga berlanjut dengan pembacaan Maulid Simtudduror, syair dan pembacaan ayat suci Al Quran.

Seperti haul ulama di Kalimantan pada umumnya, haul KH Sya’rani Arif juga membacakan Manaqib (perjalanan hidup) almarhum, untuk diambil pelajaran sejak beliau lahir hingga wafat.

KH Sya’rani lahir pada 110 tahun yang lalu, lebih tepatnya tahun 1914 di Kampung melayu, hingga wafat pada tahun 1969 di usia 55 tahun.

Dalam Manaqib almarhum, di masa perkembangannya beliau dididik dan diawasi langsung oleh pimpinan Ponpes Darussalam KH Kasyful Anwar dan bersama sepupu beliau KH Muhammad Syarwani Abdan dan murid murid lainnya diberangkatkan-nya ke Makkah Al Mukaromah untuk menuntut ilmu kepada ulama-ulama besar disana pada tahun 1330 Hijriah.

Setelah selama 22 tahun bermukim, menimba ilmu dan menjadi pengajar di Masjidil Haram Makkah, beliau dan sepupu pulang ke kampung halaman Martapura tahun 1952. Sekitar tahun 1959 ditunjuk secara langsung menjadi pimpinan Ponpes Darussalam periode ke 5 (1959-1969) menggantikan Tuan Guru KH Abdul Qadir Hasan.

Baca Juga : Ribuan Jemaah Hadiri Haul Akbar Datu Kandang Haji

Baca Juga : Pemprov Kalsel Raih Penghargaan Kementrian Perdagangan RI Atas Komitmen Perlindungan Konsumen

Semasa hidup, KH. Sya’rani juga telah menyusun beberapa Kitab Hadits yang masyhur, diantaranya Tanwirut Thullab (ilmu ushul hadits) dan Hiddayatuzzaman (kumpulan hadits tentang akhir zaman). Sebelum beliau wafat, berwasiat dan menunjuk KH Salim Ma’ruf sebagai pengganti menjadi pimpinan Ponpes Darussalam.

Acara pun dilanjut dengan ceramah agama yang disampaikan oleh Habib Novel Bin Muhammad Al Aydarus mengatakan, jika saat ini seluruh jemaah tengah mengenang kekasih Allah dan kecintaan Nabi Muhamamd yang membaktikan dirinya, usianya, tenaganya, pikirannya, hartanya dan keseluruhan dari dirinya untuk menyampaikan sabda Nabi Muhammad SAW.

“Beliau selalu membasahi lisannya untuk bershalawat, sejak kecil tidak pernah mengenyam kehidupan dunia berkat bimbingan sang kakek (KH Abdul Khotib, red) seperti kita dengar dalam Manaqib yang begitu indah,” ungkapnya.

Habib Novel mengingatkan kepada para jemaah laki-laki yang berhadir, agar menteladani dari Manaqib yang telah dibacakan. Seperti halnya ayah KH Sya’rani, yang menginginkan anaknya menjadi ulama besar.

“Salah satu dari anak-anak kita harus kita siapkan untuk menjadi pewaris dari Nabi Muhammad SAW. Jangan sampai di hati kita hanya ada dunia dan pikiran mencari nafkah, tanpa mengingat kehidupan ini akan berakhir dan disemayamkan di pemakaman. Belum tentu ada yang meziarahi makam kita, mendoakan kita, tapi jika memiliki ajak yang saleh, maka kita akan menjadi orang yang beruntung,” pesannya.

Habib Novel Bin Muhammad Al Aydarus saat menyampaikan tausiah di haul 56 Muhaddist KH. Sya’rani Arif Kampung Melayu. (Tangkap Layar Youtube Al Karomah TV)

Dalam ceramahnya, Habib Novel juga mengatakan, mengapa KH Kas’ful Anwar mengajarkan kepada KH Sya’rani untuk setop ketika 8 tahun didik, dan melanjutkan pendidikan di Darussalam.

“Saya yakin karena beliau melihat putra yang satu ini punya kelebihan, keistimewahan, karena itu Guru Kasyful Anwar tidak men sia-siakan agar KH Sya’rani dibawa untuk ke Makkah belajar kepada ulama-ulama yang ilmunya lebib dan dikenal oleh dunia,” ungkapnya.

Dalam hal ini, sang ayah juga merelakan anaknya untuk pergi jauh meninggalkan rumah, dan ibunya untuk menimba ilmu.

“Di usia beliau 15 sampai 16 tahun, ilmunya sudah luar biasa. Sementara usia saya sudah 50 tahun lebih tidak punya apa-apa, anda sekalian juga apa yang telah didapat. Tidak ada kata terlambat untuk memulai niat, jadikan diri kita orang alim, keturunan kita, orang yang ada di lingkaran kita memiliki ilmu,” ceritanya.

Acara peringatan haul tidak berhenti sampai di sana, kemudian dilanjut dengan pembacaan doa, hingga ditutup dengan syair. (Mada)

Editor: Abadi