Religi  

Ustadz M Maulana Al-Kelayani Kisahkan Karomah Datu Kalampayan, Salah Satunya Betulkan Arah Kiblat

Ustadz M Maulana Al-Kelayani Kisahkan Karomah Datu Kalampayan, Salah Satunya Betulkan Arah Kiblat
Poster Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau Datu Kelampayan (sumber gambar: internet)

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Masyarakat suku Banjar pasti sudah tidak asing lagi mendengar nama Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari atau lebih dikenal dengan sebutan Datu Kalampayan, seorang ulama besar dan Mufti Kesultanan Banjar di masa Sultan Tahmidullah II sekitar tahun 1772 silam.

Sebagian masyarakat meyakini, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari juga memiliki banyak karomah yang diberikan Allah SWT kepadanya.

Dijelaskan Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani, Datu Kalampayan itu menuntut ilmu atau mengaji di Mekah selama 30 tahun dan keilmuannya telah diakui oleh para ulama Mesir juga banyak memiliki banyak karomah.

“Karomah adalah tanda kemuliaan dari Allah SWT yang didapatkan dengan berkat benarnya dia beribadah,” jelasnya, Minggu (15/5/2022).

Dalam sebuah riwayat disebutkan, sewaktu Datu Kalampayan mengikuti pengajian di Mekah, pada sela istirahat menceritakan kepada orang-orang tentang buah-buahan yang ada di Banjar.

“Diantaranya buah durian yang sangat disukai orang Banjar,” cerita ustadz.

Mendengar cerita dari Datu Kalampayan, muncul rasa ingin mencicipinya akan buah tersebut oleh orang orang yang mendengarnya.

“Padahal saat itu belum musimnya, tiba tiba Datu Kalampayan mengulurkan tangannya ke belakang dan muncul 1 buah durian masak di tangannya yang baunya sangat harum. Kemudian, buah tersebut disantap bersama oleh guru dan sahabat-sahabatnya,” tuturnya.

Baca Juga : Datu Kalampayan Berpeluang Besar Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Baca Juga : Peringatan Haul ke-216, Gubernur Kalsel Berharap Pemerintah Pusat Anugerahi Datu Kalampayan Gelar Pahlawan Nasional

Namun, kata ustadz ada yang menceritakan bukan buah durian akan tetapi adalah buah kasturi.

Kemudian, ustadz juga menceritakan ketika Datu Kalampayan ingin pulang ke Kalimantan dari Mekah, sempat mampir terlebih dahulu ke Jakarta (Betawi) lebih tepatnya kampung halaman sahabatnya ketika menuntut ilmu di Mekah yang bernama Syekh Abdul Rahman Mesri.

“Datu Kelampayan sempat membetulkan arah kiblat beberapa masjid di Jakarta dengan cara mengacungkan tangan ke arah orang di depannya yang kemudian terlihat ka’bah dari celah lengan baju jubahnya. Masyarakat pun mempercayai apa yang ditunjuk Datu Kalampayan,” ceritanya.

Adapun masjid tersebut diantaranya Masjid Jami Kampung Sawah, Masjid Luar Batang yang letaknya Pasar Ikan di Jakarta Utara dan Masjid Pekojan, Jakarta.

Cerita lainya, kata ustadz pada zaman Belanda, Datu Kalampayan menggoreskan tongkatnya di sebuah irigasi yang kemudian dari goresan itu menjadi sungai-sungai kecil.

“Dinamakan sungai itu Sungai Tuan, sebutan itu dikarenakan orang belanda memberi gelar Datu Kelampayan dengan gelar Tuan Haji Besar,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi