Religi  

Tidak Ada Dasar Mitos Kesialan Bulan Safar dalam Islam

Ustadz H Muhammad Maulana Al Kelayani

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Bulan Safar adalah bulan kedua dalam Kalender Hijriyah setelah bulan Muharram. Dalam masyarakat Muslim, bulan ini sering kali diiringi dengan berbagai mitos dan kepercayaan yang mengaitkannya dengan kesialan.

Dijelaskan Ustadz H Muhammad Maulana Al Kelayani, bulan Safar sebagian orang mengaitkannya dengan bulan kesialan. Namun, pandangan ini sejatinya tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam.

“Tidak ada bulan yang dianggap membawa kesialan dalam Islam. Bulan safar sering kali disalahpahami sebagai bulan yang membawa malapetaka. Padahal, Islam mengajarkan bahwa semua bulan adalah sama di hadapan Allah dan tidak ada yang membawa kesialan atau keberuntungan secara khusus,” ujarnya, Rabu (7/8/2024).

Menurutnya, mitos-mitos tersebut seharusnya tidak dipercaya dan sebaiknya diganti dengan amal ibadah yang dapat mendatangkan kebaikan.

“Daripada mempercayai mitos, lebih baik kita fokus pada amal ibadah yang dapat meningkatkan iman dan takwa kita,” tegasnya.

Ustadz juga mengungkapkan, beberapa amalan yang dapat dilakukan selama bulan Safar, diantaranya memperbanyak doa dan dzikir.

“Memohon perlindungan kepada Allah dari segala keburukan serta mengingat-Nya dalam setiap kesempatan,” imbuhnya.

Baca Juga : Ustadz Muhammad Maulana Al-Kelayani: Kesialan di Bulan Safar Itu Mitos

Baca Juga : Mitos Tunggul Ulin Sungai Banyiur : Dihuni Pengeran hingga Buaya Putih dan Ular Kuning

Kemudian, puasa sunnah Senin dan Kamis, atau puasa ayyamul bidh yang jatuh pada 13, 14, dan 15 Bulan Hijriyah.

“Bersedekah, shalat sunnah serta menjaga silaturahmi,” ungkapnya.

Lebih lanjut, kata Ustadz dalam Bulan Safar, juga ada satu tradisi yang dilakukan oleh sebagian masyarakat muslim. Yakni Arba Mustamir, yang jatuh pada hari Rabu terakhir di bulan Safar.

Arba Mustamir dianggap sebagai hari dimana banyak musibah terjadi, sehingga umat muslim dianjurkan untuk melakukan amalan-amalan tertentu guna memperoleh perlindungan.

Arba Mustamir merupakan tradisi yang berkembang dalam masyarakat sebagai bentuk permohonan perlindungan kepada Allah.

Meskipun demikian, tidak ada dalil yang secara spesifik menyebutkan bahwa Arba Mustamir adalah hari musibah. Namun, masyarakat menganggapnya sebagai waktu yang tepat untuk berdoa dan meminta perlindungan.

“Beberapa amalan yang dilakukan pada Arba Mustamir antara lain shalat Sunnah, membaca surah yasin,” tuturnya.

Ustadz juga mengingatkan bahwa esensi dari Arba Mustamir adalah meningkatkan kesadaran untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan memohon perlindungan Allah.

“Yang paling penting adalah niat yang tulus dan keyakinan bahwa hanya Allah yang dapat memberikan keselamatan,” pungkasnya. (airlangga)

Editor: Abadi