Tanaman Sawit Bukan Tanaman Rakus Air

BANJARMASIN, klikkalsel.com – Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia. Sehingga minyak sawit menjadi komoditas penghasil devisa ekspor terbesar bagi Indonesia.

Namun dibalik itu, ada isu negatif yang menyerang bisnis perkebunan kelapa sawit. Salah satunya, stigma kalau perkebunan industri sawit sebagai penyebab hilangnya hutan tropis hingga membuat tanah jadi gersang, karena tanaman sawit rakus air.

Manager Kebun PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory Eko Prianto menilai, pandangan perkebunan kelapa sawit rakus air itu kerjaan oknum yang tak bertanggung jawab.

Sebab, kebutuhan air pada kebun sawit lebih rendah dibandingkan dengan bambu, lamtoro, akasia, sengon, pinus, dan karet.

“Sini ayo hitung-hitungan dengan saya, untuk menghitung kebutuhan siklus air untuk tanaman sawit dibandigkan dengan tanaman lainnya. Asal tau saja tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang tidak rakus air,” ketusnya.

Menurutnya, dibandingkan dengan tanaman lain dengan tolok ukur yang digunakan adalah efisiensi penggunaan air. Maka sawit tanaman yang sangat efisien dalam pemanfaatan air.

Dijelaskannya, untuk menghasilkan 1 giga joule bioenergi, kelapa sawit hanya membutuhkan sekitar 75 m3 air, lebih rendah dari tanaman rapeseed (bahan baku minyak nabati paling dominan di Eropa) sebesar 184 m3 , kelapa 126 m3 , ubikayu 118 m3 , jagung 105 m3 , dan kedelai 100 m3 air (Leens, et al, 2008).

Kelapa sawit termasuk tanaman yang memiliki akar dangkal (akar serabut), sehingga mudah mengalami cekaman kekeringan. Hal ini menyebabkan tanaman kelapa sawit membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun agar dapat berproduksi secara maksimum.

Berakar dangkal sehingga tidak punya kemampuan menyimpan air sebaik pohon lain. Saat hujan datang air tidak tertahan tetapi lolos bergerak ke lapisan tanah di bawah zona perakaran yang jika lahan merupakan lahan datar dengan muka air tanah yang dangkal, maka lebih mudah menyebabkan genangan dan banjir, yang jika air tersebut di drainase begitu saja maka air yang hilang juga lebih banyak, air yang tersimpan lebih sedikit.

“Dari fakta tersebut diatas bahwa tanaman kelapa sawit sebenarnya tanaman yang hemat air dibandingkan banyak tanaman pertanian dan perkebunan lainnya,” katanya saat awak media menyambangi Perkebunan PT Citra Putra Kebun Asri (CPKA) Jorong Factory Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan pada kegiatan jurnalis fellowship dan training gelombang II wilayah Kalimantan Selatan (Kalsel) yang digelar Kementerian Keuangan RI melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Sebelumnya, Dewan Pembina Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel Totok Dewanto mengapresiasi upaya sejumlah perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit di Kalsel yang sudah mampu menerapkan Zero Waste dalam operasional usahanya.

Baginya segala tuduhan pencemaran dan kerusakan lingkungan tidak berdasar yang dialamatkan oleh sejumlah pihak kepada perusahaan perkebunan dan pabrik kelapa sawit memang harus dijawab dengan kebijakan Zero Waste ini.

“Apalagi kan kalau perusahaannya orientasinya eskpor tentu Zero Waste harus menjadi perhatian serius. Karena agar produk mereka bisa ekspor mereka harus memenuhi segala ketentuan dalam ISPO, termasuk masalah limbah,” pungkasnya. (azka)

Editor : Akhmad