BANJARMASIN, klikkalsel.com – Masyarakat Kalimantan Selatan (Kalsel) khususnya Kota Banjarmasin pasti sudah tak asing lagi dengan sebutan Pulau Kembang. Sebuah pulau terletak di sebelah barat Kota Banjarmasin itu dikenal merupakan tempat habitat bagi kera berekor panjang.
Secara administratif Pulau Kembang termasuk wilayah Kecamatan Alalak, Kabupaten Barito Kuala. Akan tetapi dari segi keletakan wilayah, lebih dekat dengan Kota Banjarmasin bagian barat dengan luas 60 hektar.
Berdasarkan letak geografis, pulau itu terletak di tengah Sungai Barito. Pada dasarnya adalah sebuah delta yang terbentuk secara alami dan belum dihuni manusia namun didominasi oleh fauna seperti kera berekor panjang serta bekantan.
Bahkan sejak dijadikan objek wisata Pulau Kembang menjadi primadona andalan atau sering dikunjungi travelling setelah Pasar Terapung, di Kuin.
Dijelaskan seorang sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) bernama Mansyur, S.Pd., M.Hum yang juga mendapat gelar Cendekia dari Kesultanan Banjar mengatakan, memang pulau tersebut jika dilihat sepintas biasa-bisa saja. Akan tetapi juga terdapat beberapa sisi menarik yang jarang orang tahu.
“Pulau ini memiliki sejarah panjang dan menarik serta penuh dinamika. Pulau Kembang juga memiliki sejarah misterius,” kata Mansyur, Rabu (11/5/2022).
Pulau kembang sudah menjadi tujuan wisata sejak masa Hindia Belanda. Persisnya, tahun 1920 hingga masa akhir Hindia Belanda tahun 1942. Pulau Kembang bagi para ‘Meneer’ Belanda (sebutan orang belanda) disebut Apeneiland, yang artinya Pulaunya para kera.
Bukan pulau monyet atau ‘monkeys’. Perbedaan antara kera dengan monyet dapat dilihat dari klasifikasi ilmiah maupun dari perbedaan ciri-ciri tubuh.
Berdasarkan klasifikasi ilmiah, kera (apes) dan monyet (monkeys) berasal dari sub-famili berbeda. Kera berasal dari superfamili Hominoidea. Sementara kera (monkeys) termasuk superfamili Cercopithecidae dengan satu famili yakni Cercopithecidae. Secara fisik, perbedaan antara kera dan monyet paling kentara dan mudah dikenali adalah keberadaan ekor.
“Dalam catatan sejarah, yang dicatat sejarawan kawakan, Idwar Saleh pada tahun 1981-1982 mencatat, sejarah keberadaan Pulau Kembang dimulai sekitar tahun 1698. Dimana dalam kurun waktu tersebut, pedagang-pedagang Inggris berusaha membuka kantor dagang di Banjarmasin,” ujarnya.
Pada sisi lain, kala itu hubungan Inggris dengan Kerajaan Banjar tidak begitu baik. Sebagai upaya menyingkirkan pihak Inggris, Sultan Banjar meminta bantuan penduduk asli pedalaman dari golongan Biaju yang hidup di pesisir Barito.
Baca Juga : Membuka Sejarah Wilayah Liang Anggang dan Asal Muasal Namanya