“Penamaan tersebut diambil dari keadaan tempat itu sendiri yang dikelilingi oleh sungai Martapura serta anak-anak sungainya, sehingga tampak merupakan batas batas untuk kawasan Tatas yang dikenal juga dengan nama Kotablanda,” sambungnya.
Pada masa itu, ujarnya Pulau Tatas merupakan pusat lalu lintas perdagangan, pemerintahan, perekonomian serta pusat industri pembuatan kapal.
Maka dari itu tidaklah mengherankan bila Belanda dan Inggris silih berganti berusaha menguasai kota tersebut.
Setelah pemilihan lokasi pembangunan Masjid Raya ditetapkan di Pulau Tatas, maka atas prakarsa Amir Machmud sebagai Ketua Badan Koordinasi Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan di undanglah tim ahli dari Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk membuat perencanaan pembangunan Masjid Raya tersebut.
Titik Awal Terbangunnya Masjid Raya :
Halimatus Sa’diah (2017) menguraikan pada tahun 1964 dilakukan peletakan batu pertama oleh H. Aberani Sulaiman dan Amir Machmud disaksikan oleh pejabat-pejabat sipil, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), alim ulama serta tokoh-tokoh masyarakat Banjarmasin sebagai titik awal pembangunan Masjid.
“Sayang rencana pembangunan masjid raya terhenti sama sekali akibat peristiwa G30S PKI kegiatan pembangunan Masjid Raya,” ungkapnya.
Kemudian pada masa jabatan Gubernur Subardjo tahun 1974 rencana pembangunan masjid raya tersebut kembali ditinjau dan ditargetkan pembangunan akan selesai dalam waktu lebih kurang 10 tahun.
Perencanaan kembali pembangunan masjid raya ini dipercayakan kepada PT Griya Cipta Sarana. Kemudian sebagai pelaksana pembangunan dipercayakan kepada Enigeering PT. Sementara unsur elemen hias (aesthetic element), terutama mengenai kaligrafi serta hiasan-hiasan khas dipercayakan kepada PT. Decenta Bandung.
Baca Juga : Sering Menjumpai Polisi Tidur di Jalan, Tahukah Sejarah dan Aturan Pembuatannya?
Baca Juga : Dua Pejuang Banjar Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Salah Satunya Datu Kalampaian