BANJARMASIN, klikkalsel.com – Sistem pengelolaan sampah di Kota Banjarmasin sudah dimulai sejak zaman kolonial Hindia Belanda. Bahkan, pada tahun 1899, pemerintah kolonial telah membentuk dinas kebersihan yang dikenal sebagai ‘Reinigingsdienst’ untuk menjaga kebersihan kota dari bahaya sampah.
Mansyur, Dosen Sejarah Universitas Lambung Mangkurat menjelaskan, bahwa pengelolaan sampah di Banjarmasin berkembang seiring perubahan status kota yang semakin maju.
“Pada tahun 1919, ketika Banjarmasin mendapatkan status Gemeente (kota madya), pengelolaan sampah mulai lebih terorganisir,” ujarnya, Rabu (5/2/2025).
Awalnya, warga diwajibkan membakar sampah sendiri dalam tong besi yang disediakan pemerintah. Namun, sistem ini dinilai tidak efektif karena masih banyak sisa sampah di jalanan.
Sebagai solusi, Reinigingsdienst kemudian mengambil alih proses pembersihan dengan sistem pengangkutan sampah menggunakan gerobak yang ditarik oleh ternak.
Baca Juga Jamin Rasa Nyaman Pengunjung, Petugas Kebersihan Tahura Sultan Adam Belajar Pengelolaan Sampah 3R
“Sistem itu diadaptasi dari Gemeente Surabaya yang lebih dulu menerapkannya,” jelasnya.
Namun, tantangan terus bermunculan. Sampah yang tidak tertangani dengan baik menumpuk hingga puluhan ribu meter kubik.

Pada tahun 1930, tercatat ada sisa sampah sebesar 20.120 meter kubik yang baru bisa diselesaikan setahun kemudian.
“Sistem sanitary landfill mulai diterapkan, di mana sampah ditimbun di lokasi tertentu untuk mengurangi dampak kesehatannya,” tuturnya.
Menurut Mansyur, kebijakan persampahan saat itu tidak hanya bertujuan untuk kebersihan, tetapi juga mengurangi wabah penyakit.
“Pada tahun 1939, laporan kolonial mencatat adanya penurunan penyakit pes, kolera, dan tifus setelah kebijakan sampah dijalankan secara serius,” ungkapnya.
Pemerintah kolonial bahkan menerapkan hukuman pidana dan denda bagi siapa saja yang melanggar aturan kebersihan, termasuk pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan sampah.
Namun, saat ini permasalahan sampah menjadi bahan permasalahan yang sering kali masih diperbincangkan. Padahal, sejarah mencatat bahwa Banjarmasin pernah memiliki sistem pengelolaan sampah yang cukup maju pada masanya.
“Dulu, kolonial sangat tegas dalam urusan sampah, tapi sekarang kita sering melihat sampah berserakan tanpa sanksi yang serius. Ini menjadi refleksi bahwa kesadaran akan kebersihan harus terus ditingkatkan,” pungkasnya.(airlangga)
Editor : Amran