BANJARMASIN, klikkalsel.com – Di Kalimantan Selatan (Kalsel) ternyata pernah ada kereta api pada saat zaman kolonial dan memiliki peranan vital dalam perkembangan ekonomi daerah.
Dijelaskan sejarawan Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Mansyur, sejarah perkeretaapian di Kalsel menyimpan cerita menarik yang dimulai sejak masa penjajahan Belanda.
“Keberadaan kereta api di Kalsel merupakan bagian penting dari sejarah yang sering kali terlewatkan dalam narasi besar perkeretaapian Indonesia,” ujarnya, Kamis (1/8/2024).
“Pada masa kolonial, kereta api bukanlah alat transportasi penumpang seperti sekarang, melainkan menjadi bagian integral dari industri pertambangan batubara,” lanjutnya.
Kala itu, pemerintah kolonial Belanda melihat potensi besar batubara di Kalimantan dan infrastruktur kereta api dibangun untuk memaksimalkan eksploitasi sumber daya alam tersebut.
Menurut penelitian Gerard de Graaf, seorang penggemar kereta api dari Belanda, kata Mansyur, kereta api pertama kali hadir di Kalsel sekitar tahun 1888.
Baca Juga : Komisi III DPRD Kalsel Inginkan Kereta Api di Kalsel
Baca Juga : FKIP ULM Bantu Mahasiswa Buka Wawasan untuk Penyelesaian Tugas Akhir

Jalur ini terutama digunakan untuk mengangkut batubara dari tambang-tambang di Pulau Laut, Samarinda, dan Tenggarong.
“Salah satu jalur paling terkenal adalah yang berada di Pulau Laut. Dibangun sepanjang 5 kilometer dari Semblimbingan ke Pelabuhan Stagen, jalur ini menjadi salah satu saksi bisu bagaimana batubara Kalimantan diekspor ke Eropa,” kata Masnyur.
“Jalur ini didukung oleh infrastruktur yang sangat baik pada masanya, termasuk jembatan dan dermaga besar di pelabuhan.” tambahnya.
Pada masa itu, batubara adalah bahan bakar utama untuk kapal uap dan lokomotif kereta api. Dermaga di Pelabuhan Stagen dirancang untuk menampung kapal dengan muatan hingga 1.000 ton batubara per hari, menunjukkan betapa strategisnya lokasi ini dalam perdagangan batubara global.
Bukti fisik dari sejarah perkeretaapian ini masih bisa ditemukan. Ekskavasi oleh Balai Arkeologi Banjarmasin pada tahun 2012 menemukan roda besi yang digunakan pada lori, sejenis gerobak kecil yang digunakan untuk mengangkut batubara di tambang Oranje-Nassau.
“Penemuan ini memberikan petunjuk penting bahwa teknologi perkeretaapian sudah diterapkan dengan baik di kalsel pada masa itu,” ujar Masnyur.

Selain itu, dokumentasi foto dari Koninklijk Instituut voor Taal, Land en Volkenkunde (KITLV) memperlihatkan jalur kereta tambang melintasi desa-desa, jembatan, dan mencapai pelabuhan.
“Foto-foto itu menjadi saksi bisu bagaimana kereta api menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan industri pada masa kolonial,” tuturnya.
Lebih lanjut, Masnyur juga menekankan pentingnya menyadari nilai sejarah kereta api di Kalsel sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dijaga.
“Sejarah ini mengingatkan kita bahwa kemajuan infrastruktur bukanlah hal baru di Kalsel. Bahkan di masa kolonial, wilayah ini sudah memiliki sistem perkeretaapian yang canggih untuk mendukung ekonomi,” pungkasnya. (airlangga)
Editor: Abadi





